Selasa, 11 Mei 2010

Taubat dan Raja'

I. PENGERTIAN TAUBAT DAN RAJA'
A. Pengertian Taubat
Yang dimaksud dengan taubat masa sekarang: meninggalkan secara langsung dosa yang sedang dilakukan. Adapun taubat masa yang akan datang: bertekad untuk tidak melakukan kembali.
Taubat secara etimologis (bahasa) berasal dari kata tâba (fi’il madhi), yatûbu (fi’il mudhari’), taubatan (mashdar), yang berarti “kembali” atau “pulang” (raja’a) (Haqqi, 2003). Adapun secara terminologis (menurut makna syar’i), secara ringkas Imam an-Nawawi mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an al-itsmi (kembali dari dosa) (Syarah Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain, taubat adalah kembali dari meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk melakukan perbuatan yang terpuji.
Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat saja yang luput dari dosa dan maksiyat (lihat Qs. at-Tahrim [66]: 6). Manusia yang baik bukan orang yang tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat. Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap anak Adam (manusia) mempunyai salah (dosa), dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.” [HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah] .

Adapun pengertian dosa (itsmun/dzanbun/ma’shiyat), adalah melaku-kan yang haram (irtikabul haram) seperti mencuri, berzina, minum khamr, dan meninggalkan ke-wajiban (tarkul wajib) seperti meninggalkan shalat, tidak berdakwah, dan tidak menjalankan hukum-hukum Allah di muka bumi .
Yang menarik, dalam hadits itu Rasulullah Saw menggunakan kata “anak Adam” (bani Adam) untuk menunjukkan pengertian “manusia”. Hal itu tentu mengandung maksud. Antara lain untuk mengingatkan kita akan sejarah Bapak kita, yaitu Nabi Adam AS, sebagai manusia pertama yang bertaubat. Sebagai manusia, Adam (sebelum diangkat menjadi nabi) telah melakukan dosa dengan memakan buah dari pohon yang dilarang Allah untuk mendekati buahnya (Qs. al-Baqarah [2]: 35). Namun dengan segera, Adam bertaubat dan Allah pun menerima taubatnya. Allah SWT berfirman : “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabb-nya, maka Allah menerima taubatnya. Se-sungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Baqarah [2]: 37).
Berkebalikan dengan sikap Adam, adalah sikap Iblis. Iblis itulah yang pertama kali tidak mau bertaubat kepada Allah setelah melakukan dosa. Allah SWT telah memerintah Iblis untuk bersujud (sebagai penghormatan, bukan ibadah) kepada Adam tapi Iblis tidak mau mentaatinya. Iblis bersikap enggan menjalankan perintah Allah, bersikap takabbur dan termasuklah ia ke dalam golongan kaum kafirin (Qs. al-Baqarah [2]: 34).
Taubat ada tiga macam: Taubat umum ('Am), taubat khusus Khâsh, dan taubat paling khusus (khawwâshul khawwâsh).
1. Taubat umum adalah taubat dari maksiat, yaitu taubat orang-orang yang bermaksiat.
2. Taubat khusus adalah taubat dari taubat umum, taubat ini adalah taubatnya para Nabi terdahulu.
3. Taubat paling khusus adalah taubat dari perhatian terhadap selain Allah swt, ini adalah taubatnya Rasulullah dan Ahlul bait. Jadi taubat mereka adalah kembali kepada Allah dari pandangan kepada selain Allah. Istilah taubat ini dikenal di kalangan ahli suluk.

B. Pengertian Raja
Roja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabulkan oleh Allah. Oleh sebab itu Raja merupakan bagian terpenting dari proses Taubat. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sbg berikut :
1. Peranan roja' - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengata-kan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta.
2. Roja' yang terpuji – Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja' tanpa disertai amalan adalah roja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela."
3. Roja' adalah ibadah – Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57) Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya
4. Roja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri – Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Roja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan roja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..."
5. Mengendalikan roja' – Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.

Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memper-besar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya ber-putus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dan menye-imbangkan diri dengan memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh."


II. SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR TAUBAT
A. Syarat-syarat taubat
Bagaimana cara bertaubat? Bagi mereka yang hendak bertaubat, wajib memenuhi syarat-syarat taubat agar taubatnya sah. Syarat-syarat ini tak ubahnya seperti syarat-syarat shalat, yang jika tidak dipenuhi satu syarat atau lebih daripadanya, maka shalatnya tidaklah sah dalam pandangan syara’.. Rabi'ah al-Adawiyah berkata: "Istighfarkami ii memerlukan kepada istighfar yang banyak, yaitu istighfar dengan lidah sedang hatinya niat akan mengulangi perbuatan dosanya, maka taubatnya ialah taubat orang yang dusta dan ini tidak bernam taubat sebab syarat taubat ini ada tiga yaitu:
1. Menyesal dalam hati
2. Istighfar dengan lidah
3. dan niat tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

Dalam mejelaskan syarat dan prosedur taubat, beberapa ulama memberikan konsep yang berbeda. Yang umum adalah 3 syarat taubat mutlak dan 1 syarat tambahan (khusus) yaitu :
1. Menghentikan perbuatan dosa yang dilakukan.
2. Menyesal atas perbuatan dosa yang telah dilakukan.
3. Bertekat kuat (‘azam) untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu di masa datang untuk selama-lamanya (An-Nawawi, 1989) . Jika salah satu syarat itu tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah dan tidak diterima oleh Allah SWT. Ini seperti halnya orang shalat yang tidak berwudhu, shalatnya tidak diterima. Orang yang bertaubat dari suatu dosa, tapi tidak berhenti dari perbuatan dosanya itu, taubatnya tidak diterima. Demikian pula orang yang bertaubat, tapi tidak menyesali dosanya dan malah membanggakannya, tidak diterima taubatnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra secara marfu’, “An-nadamu taubatun.” (Menyesal itu adalah taubat). [HR. Abu Dawud dan al-Hakim] .
4. Terdapat syarat keempat taubat, khusus untuk perbuatan dosa yang menyangkut hubungan sesama manusia, yaitu menyelesaikan urusan itu kepada yang bersangkutan. Jika berupa utang yang belum dilunasi padahal mampu, harus segera dilunasi. Jika menguasai harta orang, wajib dikembalikan kepadanya. Jika berupa tuduhan atau gunjingan (ghibah), wajib minta maaf atau minta dihalalkan. Demikianlah seterusnya .

Apabila syarat-syarat taubat di atas terpenuhi, maka taubatnya sah dan insya Allah diterima oleh Allah SWT. Namun perlu diingat, taubat itu ada batas waktunya, yaitu ada titik waktu yang jika telah sampai, maka suatu taubat tetap tidak diterima walaupun telah memenuhi syarat-syaratnya secara lengkap. Batas waktu tersebut ada 2 (dua), yaitu :
1. Batas waktu individual, yaitu batas waktu untuk setiap-setiap individu manusia. Batas ini adalah ketika nyawa seseorang sudah sampai di tenggorokan. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan menerima taubat seseorang, sebelum nyawanya sampai di tenggorokan (sebelum ia sekarat).” [HR. at-Tirmidzi].
2. Batas waktu universal, yaitu batas waktu yang berlaku secara universal untuk seluruh manusia. Batas ini adalah ketika matahari telah terbit dari arah barat, yang merupakan salah satu tanda besar (‘alamat kubro) akan datangnya Hari Kiamat. Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari sebelah barat, maka Allah menerima taubatnya”.

Seorang sahabat Nabi Saw, Hudzaifah bin Usaid ra, meriwayatkan, “Suatu saat Rasulullah memperhatikan kami yang sedang merenungkan sesuatu. Maka Rasulullah Saw bertanya, ‘Apakah yang sedang kalian renungkan?’ Kami menjawab, ‘Kami sedang mengingat Hari Kiamat.’ Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda, yaitu: …(di antaranya) matahari terbit dari barat’" .
Lalu, dosa apa saja yang wajib kita taubati saat ini? Seperti telah dijelaskan, setiap dosa wajib untuk ditaubati. Sebab perintah taubat datang dalam bentuk redaksi yang umum, mencakup segala macam bentuk dosa. Baik dosa akibat melakukan keharaman maupun dosa akibat meninggalkan kewajiban. Baik dosa yang dilakukan secara orang per orang, maupun dosa yang dilakukan oleh banyak orang/dosa jama’ah, yaitu dosa dalam sebuah negeri atau sebuah kaum.
Terdapat banyak nash-nash syariah yang menjelaskan terjadinya suatu dosa pada suatu negeri (qaryah) atau suatu kaum (qaum), sebagaimana terdapat pula nash-nash syariah yang menjelaskan kewajiban taubat bagi atas suatu penduduk negeri (ahlul quro) (lihat misalnya Qs. al-A’râf [7]: 96). Nash yang menjelaskan adanya dosa jama’ah (suatu komunitas), misalnya Rasulullah Saw berkata: “Jika riba dan zina sudah merata di suatu negeri (qaryah), maka mereka telah menghalalkan diri mereka untuk menerima azab Allah.” [HR. al-Hakim]. “Tidaklah dalam suatu kaum itu merata riba, melainkan dalam kaum itu merata pula penyakit gila. Dan tidaklah merata dalam kaum itu perzinaan, kecuali merata pula dalam kaum itu kematian. Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan Allah akan menahan tetesan air hujan.” [HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi] .
Hadits-hadits di atas dengan jelas menunjukkan adanya suatu dosa (riba, zina, mengurangi takaran dan timbangan) yang tidak hanya dilakukan oleh orang perorang, melainkan dilakukan oleh orang banyak (jama’ah) sehingga diungkapkan dengan kalimat “zhahara di qaryatin” (merajalela di suatu negeri), atau “mâ zhahara fi qaumin” (tidaklah merata di suatu kaum …). Di antara dosa jamaah itu, adalah :
1. Penguasa yang tidak menjalankan syariah Islam dan yang tidak menjalankan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, yang ternyata akan menimbulkan banyak bencana kepada rakyat yang dipimpinnya. Ini sebagaimana termaktub dalam hadits panjang berikut ini, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Bagaimana kalian jika terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kalian dan kalian pun tidak mengalaminya. Pertama, tidaklah perbuatan zina itu merata di suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak di kaum itu tha’un (wabah penyakit) dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang mereka dahulu.
2. Tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka itu dicegah oleh Allah dari turunnya hujan dari langit. Andaikata tidak ada binatang ternak, tentu mereka tidak akan mendapat hujan.
3. Tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun, sukarnya kebutuhan hidup, dan kezaliman penguasa.
4. Tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain apa yang diturunkan Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh mereka lalu musuh mereka ini merampas sebagian apa yang menjadi milik kaum itu (kekayaan, kedaulatan, dan sebagainya).

Tidaklah mereka mengabaikan Kitabullah dan Sunnah Nabi mereka, melainkan Allah menjadikan bahaya terjadi di antara mereka sendiri.”[HR. Ahmad dan Ibnu Majah) .
Namun, sebagaimana permusuhan abadi antara Adam as (yang mau bertaubat) dengan Iblis (yang enggan bertaubat), terjadi pula saat ini pertentangan yang mirip dengan perseteruan dua musuh bebuyutan itu. Kini muncul pertentangan antara mereka yang hendak bertaubat dengan kembali menerapkan syariah Islam, dengan mereka yang menolak taubat dengan cara menentang syariah Islam, serta berusaha melestarikan sistem sekuler warisan nenek moyang yang berasal dari penjajah kafir. Allah SWT menjelaskan hakikat pertentangan seperti ini dengan firman-Nya: “Dan jika dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa-apa yang diturunkan Allah!’ Maka mereka berkata, ‘Tetapi kami mengikuti apa-apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami.’ (Apakah mereka akan tetap mengikuti bapak-bapak mereka) meskipun bapak-bapak mereka itu tidak memikirkan suatu apa pun dan tidak pula mendapat petunjuk?” (Qs. al-Baqarah [2]: 170) .
Hendaknya kita tidak terkecoh dengan tipu daya mereka, yang sering kali mempropagandakan sekularisme seperti yang telah dipraktikkan di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya. Mereka mengklaim bahwa Barat telah berhasil dan sukses dalam kehidupan ini, walaupun tidak menjalankan syariah Islam.
Memang, terkadang orang kafir atau muslim yang tidak taat, mendapat limpahan rezeki dari Allah SWT. Dan mereka pun aman-aman saja, tidak mendapat siksaan dan bencana dari Allah SWT. Tapi nanti dulu. Nanti dulu ! Sesungguhnya itu hakikatnya adalah tipu daya dari Allah SWT, bukan tanda bahwa Allah SWT meridhoi mereka. Allah SWT berfirman: “Tatkala mereka lupa akan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami bukakan bagi mereka pintu-pintu dari segala sesuatu (nikmat dan kesenangan), sehingga apabila mereka berbangga dengan (kesenangan) yang mereka peroleh itu, lalu dengan sekonyong-konyong Kami siksa mereka, sehingga mereka berputus asa.” (Qs. al-An’âm [6]: 44).
Dalam konsteks yang lain dijelaskan bahwa taubat seseorang dapat diterima apabila seseorang tersebut memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya.
2. Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3. Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4. Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5. Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.
6. Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.
7. Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).


III. HIKMAH DAN MUTIARA TAUBAT-RAJA'
Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Ubaid bin Umair berkata: "Adam a.s. berkata: "Ya Robbi, Engkau telah memenangkan Iblis atasku sehingga aku tidak dapat mengelakkan diri padanya kecuali dengan pertolonganMu." Firman Allah s.w.t.: "Tiada lahir seorang anak keturunanmu melainkan telah aku datangkan kepadanya yang menjaganya dari tipu daya iblis, dan dari jin-jin yang jahat." Adam berkata: "Tambahkan bagiku." Jawab Allah s.w.t.: "Aku beri pahala setiap hasanat sepuluh lipat ganda dan ada harapan ditambah, sedang kejahatan satu lawan satu, dan ada harapan dihapuskan." Adam berkata: "Tambahkan bagiku." Firman Allah s.w.t.: "Taubat tetap diterima selama roh dikandung badan." Adam berkata: "Tambahkan bagiku." Firman Allah s.w.t : "(Katakanlah: Hai hambaKu yang telah memboros dari menggunakan masa hidup untuk amal yang tidak berguna) kamu jangan putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah dapat mengampunkan semua dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi penyayang.)"
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: "Bahwa-sanya Wahsyi yang membunuh Hamzah r.a., pakcik Rasulullah s.a.w. menulis surat kepada Rasulullah s.a.w. dari Mekkah: "Sesungguhnya saya ingin masuk Islam tetapi terhalang oleh ayat (Yang berbunyi): "Dan mereka yang tidak mempersekutukan Allah dengan tuhan yang lain dan tidak membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina, dan siapa yang berbuat itu maka ia menanggung dosa-dosa". Sedang saya telah berbuat semua itu, maka apakah ada jalan bagiku untuk taubat?"
Maka turun ayat yang berbunyi: "Illa man taba waamana wa amila amalan salihin fa ula ika yubaddilullahu sayyiantihim hasanaat." (Yang bermaksud): Kecuali orang yang taubat dan beriman soleh, maka untuk mereka Allah akan menggantikan dosa-dosa mereka dengan hasanat.
Maka Nabi Muhammad s.a.w. mengirim ayat tersebut kepada Wahsyi lalu dijawab oleh Wahsyi: "Bahwa didalam ayat ini ada syarat yaitu harus beramal soleh, sedang saya belum tahu apakah dapat melakukan amal soleh atau tidak." Maka turun ayat : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni pada siapa yang mempersekutukanNya dan mengampuni semua dosa selain syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya."
Ayat ini dikirimkan kepada Wahsyi. Jawab Wahsyi: "Didalam ayat ini juga ada syarat dan saya tidak mengetahui apakah Allah s.w.t. hendak mengampuni saya atau tidak." Maka turun ayat (Yang berbunyi): "Katakanlah: Hai hambaKu yang telah memboros diri, janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah dapat mengampuni semua dosa, sungguh Allah maha pengampun lagi penyayang.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Sufyan berkata: "Muhammad bin Abdulrahman Assulami menulis surat kepadaku: Ayahku menceritakan kepadaku: Saya duduk dekat Nabi Muhammad s.a.w. diMadinah, lalu ada seorang diantara mereka berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa yang taubat sebelum mati setengah hari, maka Allah s.w.t. memaafkan padanya. Lalu saya bertanya: Benarkah kau mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda demikian? Jawabnya: Ya. Tiba-tiba ada lain sahabt berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa taubat sebelum matinya sekira sesaat, maka Allah s.w.t. memaafkan baginya. Kemudian ada yang lain berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa taubat sebelum tercabut nyawa dari tenggoroknya maka Allah s.w.t. memaafkan baginya."
Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Mutharrif berkata: "Allah s.w.t. berfirman: Amboi, anak Adam berbuat dosa lalu minta ampun, maka Aku ampunkan tetapi kemudian ia mengulangi dosanya lalu minta ampun, maka Aku ampunkan, amboi kasihan, ia tidak dapat meninggalkan dosanya tetapi ia pula tidak putus harapan dari rahmatKu, hai para MalaikatKu, Aku persaksikan kepada kamu bahwa Aku telah mengampuni baginya."
Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-a'masy dari seorang dari Mughits bin Sumai berkata: "Ada seorang pada umat-umat yang dahulu, ia selalu berbuat maksiat, maka pada suatu hari ketika ia sedang berjalan, teringat pada perbuatan-perbuatannya yang lalu, maka ia berdoa: Allahumma ghufranaka (Yang ber-maksud) Ya Allah, aku harap ampunanMu sebanyak tiga kali, mendadak ia mati, maka Allah s.w.t. mengampuni baginya."
Muhammad bin Ajlan dari Makhul berkata: "Saya mendapat keterangan bahwa Nabi Ibrahim a.s. ketika diperlihatkan oleh Allah s.w.t. alam malakut dilangit, ia melihat hamba Allah dibumi yang sedang berzina, maka ia berdoa sehingga binasalah hamba itu, kemudian ia melihat orang yang sedang mencuri, maka ia berdoa sehingga dibinasakan oleh Allah s.w.t., lalu Allah s.w.t. berkata kepadanya: "Ya Ibrahim, biarkan urusan hambaKu kerana hambaKu itu diantara ia bertaubat maka Aku memaafkan atau akan melahirkan turunan yang ibadat kepadaKu atau ia memang celaka, maka untuknya telah tersedia jahannam untuk tempatnya dihari kemudian."
Abul-Laits berkata: "Berita ini sebagai dalil bahwa seorang hamba bila bertaubat maka Allah s.w.t. menerima taubatnya dan mengampuninya, kerana itu seharusnya manusia tidak putus harapan dari rahmat Allah s.w.t. Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Sesungguhnya tidak akan patah dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir."
Di lain ayat pula berbunyi: "Dialah Allah yang menerima taubat hamba-hamba-Nya dan memaafkan perbuatan-perbuatan yang jelek (dosa): (Surah: Assuya ayat 25)
Maka seharusnya bagi seorang yang sempurna akal bertaubat pada tiap waktu supaya tidak tergolong pada orang-orang yang dalam derhaka, sebab seorang yang selalu bertaubat tidak dianggap selalu didalam dosa meskipun ia mengulangi dosa itu sehari sampai tujuh puluh kali, sebagaimana riwayat Abubakar Assidiq r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak dianggap terus menerus berbuat dosa orang yang selalu membaca istighfar (minta ampun) meskipun ia mengulangi dalam sehari tujuh puluh kali. Rasulullah s.a.w. juga bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya bertaubat kepada Allah tiap hari seratus kali."
Ali bin Abi Talib r.a. berkata: "Saya bila mendengar langsung dari Rasulullah s.a.w. maka saya pergunakan dan bila diberitahu oleh lain orang maka saya sumpah jika ia berani sumpah saya percaya. Abu bakar r.a berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak seorang hamba yang berdosa kemudian ia wudhu dengan sempurna kemudian sembahyang dua rakaat dan membaca istisgfar (minta ampun) kepada Allah melainkan diampunkan oleh Allah baginya. Kemudian Rasulullah s.a.w. membaca ayat (Yang berbunyi): Dan siapa berbuat kejahatan atau aniaya pada diri sendiri kemudian membaca istighfar (minta ampun) pasti akan mendapatkan Allah maha pengampun lagi penyayang."
Dilain riwayat Rasulullah s.a.w. memperdengarkan ayat: "Dan mereka yang bila berbuat kekejian atau zalim terhadap siri sendiri, langsung ingat kepada Allah lalu minta ampun dari dosa mereka, mengerti benar-benar bahwa tiada yang mengampunkan dosa kecuali Allah, dan tidak merahajalela dalam dosanya, sedang mereka mengetahui. Untuk mereka tersedia pengampunan Tuhan dan syurga yang mengalir dari bawahnya beberapa sungai, ekkal mereka didalamnya, sebaik-baik pahala bagi yang beramal." (Surah: Al-Imran 135-136)
Al-Hasan Albashri berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: " Ketika Allah s.w.t. menurunkan iblis laknatullah ia berkata: Demi kemuliaanMu, saya tidak akan melepaskan anak Adam sehingga ia terpisah dengan rohnya, maka dijawab Allah s.w.t.: Demi kemuliaan dan kebesaranKu, saya tidak akan menutupkan jalan taubat dari hambaKu sehingga rohnya berada ditenggoroknya (hampir mati)."
Al-Qasim meriwayatkan dari Abu Umamah Albahili r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Malaikat yang dikanan lebih kuasa terhadap malaikat yang dikiri, maka bila seseorang berbuat kebaikan, langsung dicatat olehnya sepuluh hasanat dan apabila berbuat kejahatan lalu akan ditulis oleh malaikat kiri, diperingatkan oleh yang dikanan, tahan dahulu kira-kira enam atau tujuh jam, maka bila ia membaca istighfar (minta ampun) atau dicatat apa-apa, dan jika tidak membaca istighfar, lalau dicatat satu kejahatan (sayyi'at)."
Abul-Laits berkata: "Ini sesuai dengan hadis (Yang berbunyi): "Orang yang taubat dari dosa bagaikan tidak berdosa." Dilain riwayat pula berbunyi: "Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa, tidak segera dicatat sehingga berbuat dosa yang lain, kemudian jika berbuat dosa lagi, juga tidak ditulis sehingga berbuat dosa yang ketiga, maka jika berkumpul lima dosa, sedang yang lima digantinya lima dosa itu. Maka disitu iblis laknatullah menjerit: Bagaimana saya akan dapat membinasakan anak Adam, sedang saya telah berusaha untuk menjerumuskan lima kali, tiba-tiba dibatalkan dengan satu hasanat, maka hilang semua usahaku itu."
Shafwan bin Assaal Almuradi r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Disebelah barat ada pintu gerbang besar yang dibuat oleh Allah untuk pintu taubat lebarnya sekira perjalanan 40-70 tahun, tetap terbuka dan tidak ditutup sehingga matahari terbit dibarat." Said bin Almusayyab mengertikan ayat (Yang berbunyi): Sesungguhnya Allah bagi orang yang selalu kembali kepadaNya maha pengampun." Yaitu orang yang berdosa kemudian bertaubat kemudian berdosa lagi dan bertaubat.
Seorang ahli hikmah berkata: "Sifat orang Aarif (menegnal Allah) ada enam yaitu :
A. Jika ingat kepada Allah s.w.t. maka dia berbangga.
B. Jika ingat pada dirinya maka dia merasa rendah.
C. Jika melihat ayat-ayat Allah s.w.t. maka dia mengambil iktibar.
D. Jika ingin bermaksiat maka dia menahan diri
E. Jika ingat maafnya Allah s.w.t. maka dia gembira
F. dan Jika ingat dosa-dosanya maka minta ampun

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Azzuhri r.a. berkata: " Pada suatu hari Umar masuk kepada Nabi Muhammad s.a.w. sambil menangis. maka ditanya:" Ya Umar, mengapakah kau menangis?." Jawabnya: "Ya Rasulullah, dimuka pintu ini ada seoarng pemuda telah membakar hatiku sambil menangis." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Ya Umar, masukkan dia kepadaku." Maka dimasukkan sambil menangis dan ditanya Nabi Muhammad s.a.w.: "Hai pemuda, apakah yang menyebabkan kau menangis?" jawabnya: "Ya Rasulullah, saya menangis kerana dosa-dosaku banyak sedang aku takut kepada Tuhan yang maha perkasa sedang murka kepadaku." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya: "Apakah kau mempersekutukan Allah s.w.t., hai pemuda?" Jawabnya: "Tidak." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Apakah kau membunuh jiwa tanpa hak?" Jawab pemuda itu: ""Tidak." Sabda Nabi Muhammad s.a.w. "Maka Allah s.w.t. akan mengampunkan dosamu walaupun sebesar tujuh petala langit dan bumi dan bukit-bukit." Jawab pemuda itu: "Ya Rasulullah, dosa ku lebih besar dari langit, bumi dan bukit-bukit." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya: "Dosamu lebih ataukah alkursi?" Jawab pemuda itu: "Dosaku lebih besar." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Dosamu lebih besar ataukah arsy?" Jawab pemuda itu: "Dosaku leboh besar." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Dosamu lebih besar atau maafnya Allah s.w.t.?" Jawab pemuda itu: "Maafnya Allah s.w.t. lebih besar." Sabda Nabi Muhammad s.a.w.: "Sungguh tidak dapat mengampunkan dosa besar kecuali Allah s.w.t. yang maha besar, yang maha maaf dan ampunanNya. Hai pemuda beritakan kepadaku, apakah dosamu itu?" Jawab pemuda itu: " Jawabnya: "Saya malu dari engkau, ya Rasulullah." Nabi Muhammad s.a.w. menekan: " Beritakan kepadaku apakah dosamu itu?." Jawab pemuda itu: " Ya Rasulullah, saya tukang gali kubur sejak tujuh tahun lalu dan pada suatu hari saya menggali kubur gadis dari kaum Ansar dan setelah saya telanjangi dari kafannya, saya tinggalkan tetapi tidak jauh bangkit hawa nafsuku, maka saya kembali dan mensetubuhi mayit gadis itu hingga puas lalu saya tinggalkan, belum jauh tiba-tiba gadis itu bangkit dan berkata: "Celaka kau hai pemuda, tidakkah malu engkau dari Tuhan yang akan membalas pada hari pembalasan kemudian, bila tiba masanya tiap orang zalim akan dituntut oleh orang yang dianiaya, kau birkan saya telanjang dan kau hadapkan aku dihadapan Allah sebagai orang janabat." Nabi Muhammad s.a.w. mendengar keterangan itu segera bangkit bagaikan terdorong dari belakang sambil berkata: "Hai fasik, alangkah layaknya engkau masuk neraka, keluarlah dari sini." Maka keluarlah pemuda itu bertaubat kepada Allah s.w.t. selama empat puluh hari dan pada malam keempat puluh ia melihat kelangit sambil berkata: "Ya Tuhannya Nabi Muhammad, Nabi Adam dan ibu Hawwa, jika Engkau telah mengampunkan aku maka beritahulah kepada Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya, jika tidak maka kirimkan pada aku api dari langit dan bakarlah aku didunia ini, dan selamatkan aku dari siksa akihirat." Maka turun malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan sesudah memberi salam ia berkata: "Ya Muhammad, Tuhanmu memberi salam kepadamu." Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Dialah Assalam, dan daripadanya salam kepadamu dan kepadaNya segala keselamatan." Jibril berkata: "Allah bertanya, apakah kau menjadikan makhluk?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Bahkan Allah yang menjadikan aku dan semua makhluk." Lalu ditanya: "Apakah kau memberi rezeki kepada mereka?" Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Bahkan Allah memberi rezeki kepadaku dan mereka." Kemudian ditanya lagi: "Apakah kau memberi taubat kepada mereka?." Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Bahkan Allah memberi taubat kepadaku dan mereka." Lalu Jibril berkata Allah s.w.t. berfirman: " Maafkanlah hambaKu itu kerana Aku telah memaafkan padanya." Maka Nabi Muhammad s.a.w. segera memanggil pemuda itu dan memberitahu padanya bahwa Allah s.w.t. telah menerima taubat kepadanya dan memafkannya."
Abul-Laits berkata: "Seharusnya orang yang berakal memperhatikan kejadian ini dan mengerti bahwa zina dengan yang masih hidup itu lebih besar dosanya daripada zina dengan mayit. Juga harus bertaubat yang betul (sungguh-sungguh) sebagaimana pemuda itu ketika taubatnya benar-benar maka Allah s.w.t. memaafkannya."
Ibn Abbas r.a. ketika menerangkan ayat (Yang berbunyi): "Ya ayyuhal ladzina amanu tubu ilallahi taubatan nashuha." (Yang bermaksud): "Hai orang yang beriman, taubatlah kamu kepada Allah taubat yang nashuh (Sesungguh-sungguhnya)." Yaitu menyesal dalam hati dan istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi lagi selamanya. Ada riwayat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Istighfar hanya dengan mulut sedang tetap terus berbuat dosa bagaikan mempermainkan Tuhannya."
Pernah terjadi pada suatu masa dahulu raja Bani Israil diberitahu bahwa ada seorang ahli ibadah yang taat, maka raja itu tertarik sehingga ia memanggil orang ibadat itu dan diminta supaya suka menjadi sahabat raja dan sering datang keistana. Maka oleh orang ibadat itu menjawab: "Tawaran tuan raja itu baik tetapi bagaimana andaikan pada suatu hari saya bermain-main dengan babu raja, bagaimana tuan raja akan berbuat terhadap aku?" Tiba-tiba raja itu menjadi marah dan berkata: "Hai pelacur, kau berani berbuat itu didepabku?" Lalu ahli ibadat itu berkata: "Saya telah mempunyai Tuhan yang sangat pemurah, andaikan saya berbuat tujuh puluh kali dosa, nescaya tidak murka dan tidak mengusir aku bahkan tidak dikurangi rezekiku, maka bagaimana saya akan meninggalkan pintu Tuhan dan pindah pada orang sudah marah kepadaku sebelum aku bersalah, maka bagaimana kalau benar0benar engkau melihat aku telah berbuat salah (dosa) itu." Kemudian dia keluar dari istana raja itu.
Seorang ulama tabi'in berkata: "Adakalanya seorang yang berdosa, selalu teringat akan dosa dan menyesal serta minta ampun sehingga ia masuk syurga, sehingga syaitan laknatullah mengeluh: Celaka diriku, andaikan aku tahu nescaya tidak aku jerumuskan ia kedalam dosa itu." Abubakar Alwasithi berkata: "Sabar tidak keburuan dalam segala perbuatan itu baik kecuali dalam tiga macam yaitu:
A. Ketika tiba waktu sembahyang maka harus segera dilaksanakan
B. Ketika kematian harus segera diselesaikan dan dikuburkan secepat mingkin dan
C. Ketika akan taubat dari dosa maka jangan ditunda

Seorang Hakiem berkata: "Taubat seorang akan ternyata dalam empat macam yaitu:
A. Jika telah dapat mengendalikan lidahnya daripada dusta, ghibah dan kata-kata yang tidak penting baginya
B. Jika sudah tidak ada rasa hasud, dengki, iri hati terhadap semua manusia
C. Jika telah menjauhi teman-teman yang busuk dan
D. Selalu siap menghadapi maut, rajin dalam taat dan selalu istighfar menyesali dosa.

Seorang Hakiem ditanya: "Apakah ada tanda bahwa taubat itu telah diterima?" Jawabnya: "Ya, ada empat tanda yaitu:
A. Putus hubungan dengan kawan-kawan yang tidak baik dan bersahabat dengan orang-orang solihin
B. Menghentikan semua maksiat dan rajin melakukan taat
C. Hilang rasa kesenangan kepada dunia kepada hatinya dan selalu ingat kesusahan akhirat
D. Percaya pada jaminan Allah dalam soal rezeki, lalu sibuk mengerjakan perintah Allah.

Seperti mana firman Allah s.w.t. yang berbunyi :" (Yang bermaksud): "Akan turun kepada mereka malaikat yang memberitahu supaya jangan takut dan jangan susah dan sambutlah khabar baik kamu akan masuk syurga yang telah dijanjikan untukmu."
Khalid bin Ma'dan berkata: "JIka orang-orang yang taubat itu telah dimasukkan kesyurga mereka bertanya: "Tidakkah Tuhan berjanji bahwa kami akan melewati neraka sebelum masuk syurga?" Maka dijawab: "Ketika kamu melaluinya ia sedang padam."
Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Ketika selesai melaksankan hukum rejam terhadap wanita yang berzina sehingga mati, lalu menyembahyangkannya, ditegur oleh sebahagian sebahat Rasulullah s.a.w.: Ya Rasulullah, engkau yang menghukum rejam kemudian kamu sembahyangkannya?" Jawab Rasulullah s.a.w.: Sungguh ia telah taubat yang andaikan ia berbuat tujuh puluh kali seperti itu nescaya diampunkan Allah, yakni ia telah taubat benar-benar dan taubat yang benar-benar itu pasti diterima meskipun bagaimana besarnya dosa, tetap akan diampunkan."
Juga diriwayatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang mengejek seorang mukmin kerana dosa, maka ia bagaikan yang mengerjakannya danlayak bila Allah menjerumuskannya kedalam dosa itu. Dan siapa yang mengejek orang mukmin kerana suatu dosa, maka ia tidak akan keluar dari dunia sehingga melakukan dosa itu dan terbuka rahsianya dimuka umum sehingga merasakan malunya."
Abul-Laits berkata: "Seorang mukmin tidak sengaja berbuat dosa sebab Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Dan Allah membencikan kepadamu kekafiran, kefasikan dan maksiat." Kerana itu seorang mikmin tidak mungkin sengaja berbuat dosa tetapi boleh terjadi padanya disaat ia lalai, tidak kuat menahan nafsu syahwat yang sedang meluap, kerana itu tidak boleh dicemuhkan, jika ia telah bertaubat.
Ibn Abbas r.a. berkata: "Jika seorang hamba taubat dan diterima oleh Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. melupakan malaikat yang mencatat amal apa yang telah mereka tulis, juga anggota badannya pun lupa apa yang pernah dilakukan dari dosa, juga Allah s.w.t. melupakan bumi dimana ia berbuat dosa diatasnya, supaya ia datang pada hari kiamat dan tiada sesuatupun yang menyaksikan perbuatan yang pernah dilakukan itu.
Ali bin Abi Thalib ra. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tertulis dikeliling arsy sebelum dijadikan makhluk sekira empat ribu tahun: "Sesungguhnya Aku (Allah s.w.t.) maha pengampun bagi siapa yang taubat dan beriman dan beramal soleh dan mengikuti petunjuk."
Abil-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. menceritakan bab pintu taubat, lalu ditanya oleh Umar bin Alkhoththob: "Apakah pintu taubat itu, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Pintu taubat itu dihujung barat, mempunyai dua daun pintu dari emas bertaburkan mutiara dan yaqut, antara kedua tiang pintu itu sejauh perjalanan empat puluh tahun bagi orang yang berkenderaan kencang (cepat) dan pintu itu tetap terbuka sejak dijadikan Allah hingga malam yang akan terbit matahari pada paginya, dan tiada seorang hamba yang taubat benar-benar melainkan masuk taubatnya dari pintu itu. Mua'dz bin Jabal r.a. bertanya: "Ya Rasulullah, apakah taubat nashuh itu?" Jawab Rasulullah: "Ialah menyesal atas perbuatan dosanya dan niat tidak akan mengulangi lagi, kemudian minta mapun kepada Allah s.w.t. Kemudian matahari dan bulan terbenam dipintu itu, lalu tertutup kedua daun pintu itu bagaikan tidak ada retaknya, maka ketika itu tidak lagi diterima taubat dan tidak diterima amal yang baru sesudah tertutup pintu itu, dan semua orang menurut keadaannya sebelum itu, jika ia baik maka dilanjutkan kebaikannya, sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi):Yauma ya'ti ba'dhu aayati robbika la yanfa'u nafsan imanuha lam takun amanat min qablu au kasabat fi imaniha khoiro. (Yang bermaksud): "Pada saat tibanya sebahagian ayat-ayat Tuhanmu, maka tidak berguna bagi seseorang iman yang baru, bila tidak beriman sejak sebelumnya, atau telah berbuat dimasa imannya dahulu kebaikan."
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Taubat nashuh itu ialah sesudah taubat tidak mengulangi lagi, dan pintu taubat itu yeyap terbuka dan diterima dari siapapun kecuali tiga yaitu:
A. Iblis laknatullah yaitu induk semua kekafiran
B. Qabil yaitu induk dari semua yang sial dan celaka dan
C. Orang yang membunuh nabi

Sedang pintu taubat itu disebelah barat lebarnya kira-kira perjalanan emapt puluh tahun tidak akan ditutup sehingga ternit matahari daripadanya (dari barat).
Abul -laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Taubat itu tergantung diudara, berseru siang malam tidak berhenti-henti: Siapa yang akan menerima aku, tidak akan tersiksa dan keadaan itu selamanya, sehingga matahari terbit dari barat, maka apabila matahari telah terbit dari barat, maka ia terangkat."
Semua keterangan ini menganjurkan supaya bertaubat dan siapa yang bertaubat akan diterima taubatnya sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Dan taubatlah kamu semua hai orang-orang mukminun supaya kamu bahagia. Selamat dari siksaNya dan mencapai rahmatNya." Sesungguhnya taubat itu pembuka dari segala kebaikan dan menyebabkan keselamatnnya dan kebahagiaan tiap mukmin. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Hai orang-orang yang beriman, taubatlah kamu dengan sungguh-sungguh kepada Allah, semoga Tuhan menghapuskan dosa-dosamu dan memasukkan kamu kesyurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai." (Surah: Attahrim: ayat 8)
Dan ayat yang lain pula berbunyi :"Dan mereka yang bila berbuat dosa besar yang keji atau aniaya pada dirinya (berbuat dosa kecil), lalu ingat kepada Allah dan minta ampun untuk dosanya, kerana tidak ada yang mengampunkan dosa kecuali Allah, dan tidak tetap selalu berbuat dosa, sedang mereka mengetahui akan dosa maksiat." (Surah Al-Imran ayat 135)
Said bin Abi Burdah meriwayatkan dari ayahnya dari neneknya berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya membaca istighfar minta ampun dan taubat tiap hari seratus kali." Dilain riwayat pula: "Hai manusia, taubatlah kamu kepada Allah, maka saya bertaubat kepada Allah tiap sehari semalam seratus kali."
Apabila Nabi Muhammad s.a.w. beristighfar dan taubat tiap hari seratus kali, padahal telah diampuni oleh Allah s.w.t. semua dosanya yang lalu dan yang akan datang, maka bagaimana kita yang belum mengetahui apakah diampunkan atau tidak? Apakah tidak selayaknya taubat tiap waktu dan tidak berhenti-henti membaca istighfar.
Ibn Abbas r.a. ketika mentafsirkan ayat yang berbunyi: "Bal yuridul insanu liyafjura amamah." (Yang bermaksud): "Bahkan manusia itu mengutamakan dosanya dari menunda-nunda taubatnya." Ia selalu berkata: "Kelak akan taubat sehingga tibalah maut dalam keadaan yang sejelek-jeleknya ia mati."
Juwaibir meriwayatkan dari Adhdhahhak dari Ibn Abbas r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: " Pasti akan binasa orang yang menunda-nunda (Yang selalu berkata kelak saya akan taubat)."
Maka seharusnya tiap manusia taubat pada tiap waktu sehingga bila tiba maut ia sudah taubat, sedang Allah s.w.t. telah berjanji dalam ayatNya yang berbunyi : "Dialah Allah yang menerima taubat hambaNya dan memaafkan segala kesalahan (kejahatan) Yakni asalkan bertaubat dan minta ampun, maka Allah akan mengampunkan.
Abdullah bin Mas'uud r.a. berkata: "Siapa yang membaca (ayat yang berbunyi): "Saya mohon ampun kepada Allah yang maha agung, yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang hidup berdiri sendiri mengatur makhlukNya dan bertaubat kepadaNya." sebanyak tiga kali maka akan diampunkan semua dosa-dosanya meskipun sebanyak buih dilaut.
Ayyub meriwayatkan dari Abu Qabilah berkata: "Ketika Allah s.w.t. mengutuk iblis laknatullah maka ia minta ditunda, maka Allah s.w.t. meluluskan permintaannya, maka iblis laknatullah berkata: "Demi kemuliaanMu, aku tidak akan keluar dari dada hambaMu sehingga keluar rohnya. Dijawab Allah s.w.t.: "Demi kemuliaan dan kebesaranKu, tidak akan aku tutup pintu taubat pada hambaKu sehingga keluar rohnya." Maka perhatikan bagaimana kasih rahmat Allah s.w.t. pada hambaNya, tetapi menamakan mereka orang-orang mukminin sesudah mereka berdosa sebagaimana ayat 31, surah Annur : "Dan taubatlah kamu semua kembali kepada Allah, hai orang-orang muminin supaya kamu untung selamat dan bahagia."
Dan Allah s.w.t. menyatakan kasih kepada orang yang bertaubat didalam ayat yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah kasih sayang kepada orang yang taubat dan suka pada orang yang bersuci."
Rasulullah s.a.w. bersabda (Yang berbunyi): "Orang yang taubat dari dosa itu bagaikan orang yang tidak berdosa."
Ali bin Abi Thalib r.a. diberitahu oleh orang: "Saya telah berbuat dosa." Ali berkata: "Taubatlah kepada Allah s.w.t. kemudian jangan kau ulangi." Lalu orang itu berkata: "Saya telah taubat tetapi saya ulangi lagi." Ali berkata: "Taubatlah kepada Allah s.w.t. kemudian jangan kau ulangi lagi." Orang itu bertanya: "Sampai bilakah?" Jawab Ali r.a.: "Sehingga syaitan laknatullah yang kecewa dan menyesal."
Mujahit ketika menerangkan ayat yang berbunyi: "Sesungguhnya taubat itu terhadap mereka yang berbuat dosa dengan kebodohan kemudian bertaubat tidak lama." (surah Annisa ayat 17) Mujahid berkata: "Asalkan belum mati, maka ia bererti segera dan tidak lama."
Abuhurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jika seorang berbuat dosa lalu berkata: "Ya Tuhan, saya telah berbuat dosa maka ampunkan bagiku. Allah s.w.t. menjawab: "HambaKu telah berbuat dosa, tetapi ia sedar mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampunkan atau menuntut dosanya maka Aku ampunkan baginya."
Ini kerana kehormatan Rasulullah s.a.w. Sedang pada umat-umat yang dahulu jika berbuat dosa maka diharamkan apa yang tadinya halal dan bila seorang berbuat dosa maka langsung dipintu rumahnya ada keterangan Fulan bin Fulan telah berbuat dosa atau dibadannya. Dan cara taubatnya harus berbuat sebegini.
Bagi umat Rasulullah s.a.w. dimudahkan dengan ayat yang berbunyi: "Waman ya'mal su'an au yadh nafsahu tsumma yastagh firillaha yajidil-laha ghafura rahiema." (Yang bermaksud): "Dan siapa yang berbuat dosa atau kesalahan bagi dirinya, kemudian minta ampun kepada Allah, tentu ia mendapatkan Allah maha pengampun lagi penyayang."
Keran itu maka tiap muslim harus bertaubat kepada Allah s.w.t. tiap pagi dan petang. Mujahid berkata: "Orang yang tidak bertaubat tiap pagi dan petang maka termasuk orang yang zalim (aniaya) terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana wajib juga menjaga sembahyang lima waktu sebab Allah s.w.t. menjadikan sembahyang lima waktu itu sebagai penyuci dosa-dosa kecil yang terjadi sehari-hari dan tidak terasa."
Alqamah dari Ibnu Mas'ud r.a. berkata: "Seorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, saya tadi bertemu wanita dalam kebun, maka saya peluk dan saya berbuat padanya segala sesuatu hanya tidak saya zina." Rasulullah s.a.w. diam sejenak kemudian turunlah ayat yang berbunyi: "Tegakkan sembahyang pada waktu siang dan malam, sesungguhnya amal kebaikan itu dapat menghapuskan sayyi'at kejahatan (dosa), ini sebagai peringatan bagi orang-orang yang sedar taubat (bagi orang yang akan bertaubat " Surah Hud ayat 114)
Maka dipanggil oleh Rasulullah s.a.w. dan dibacakan ayat itu padanya, Umar r.a. bertanya: "Ya Rasulullah, apakah khusus buat dia sendiri atau umum buat semua manusia? " Jawab Rasulullah s.a.w.: "Bahkan umum buat semua orang."
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah r.a. berkata: "Pada suatu malam sesudah sembahyang bersama Rasulullah s.a.w. saya keluar, tiba-tiba saya bertemu dengan seorang wanita yang kudung berdiri ditengah jalan, lalu ia berkata: "Hai Abuhurairah, saya telah berbuat dosa yang sangat besar, apakah ada jalan untuk taubat?" Saya bertanya: "Apakah dosamu?" Jawabnya: "Saya telah berzina sehingga mendapat anak lalu sayu bunuh anak itu." Abu Hurairah r.a. berkata: "Celaka kau dan telah membinasakan, demi Allah, tiada jalan untuk taubat." Maka ia menjerit sehingga pingsang, lalu saya tinggalkannya, akan tetapi timbul perasaanku: Saya memberi fatwa padal Rasulullah s.a.w. masih hidup ditengah-tengah kami, dan pagi harinya saya telah pergi berjumpa dengan Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, semalam saya diminta fatwa dalam hal ini dan saya fatwakan kepadanya begini." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Demi Allah hai Abuhurairah, engkaulah yang binasa dan membinasakan, dari manakah engkau hai Abuhurairah?." Dari ayat : "Dan mereka yang tidak menyeru kepada Tuhan yang lain selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina dan siapa yang melakukan semua itu mendapat dosa, bahkan akan dilipat gandakan siksa mereka, dan kekal dalam siksa itu hina dina kecuali orang yang taubat, beriman dan melakukan amal yang soleh, maka untuk mereka Allah akan menggantikan semua dosa-dosa mereka dengan kebaikan dan adanya Allah maha pengampun lagi pengasih." (Surah Alfurqan ayat 68-70)
Maka saya segera keluar berjalan dikota Madinah sambil bertanya-tanya: "Siapakah yang dapat menunjukkan aku pada wanita yang tadi malam minta fatwa kepadaku mengenai soal ini dan itu, sehingga anak-anak mengatakan: "Abuhurairah telah." Sehingga pada malam harinya saya bertemu dengan wanita itu ditempat yang kelmarin itu, maka segera saya terangkan kepadanya apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. bahwa ia dapat bertaubat, maka ia menarik nafas besar kerana ia gembira lalu berkata: "Hai Abu Hurairah, saya mem-punyai sebuah kebun dan kini saya sedekahkan untuk orang-orang miskin sebagai penebus dosa saya." Sesungguhnya seorang hamba jika taubat, maka semua dosa-dosanya yang lalu itu berubah menjadi kebaikan hasanat. Demikian pengertian ayat 70 surah Alfurqan itu.
Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Pada hari kiamat jika seorang hamba melihat dalam suratan amalnya pada permulaannya ada dosa, lalu diakhirnya kebaikan, lalu diulang dari mulanya, tiba-tiba terlihat semuanya kebaikan. Demikian pula riwayat Abu Dzar Alghifari dari Rasulullah serupa dengan ini dan inilah ertinya: "Allah mengganti dosa-dosa mereka dengan hasanat."
Sebenarnya tidak ada dosa yang lebih besar dari kekafiran tetapi Allah s.w.t. berfirman : "Katakanlah kepada orang-orang kafir: Jika kamu menghentikan kekafiran, maka akan diampunkan bagi kamu apa-apa yang telah lalu."
Alhasan berkata Rasulullah bersabda :" Andaikan seorang itu berbuat dosa sehingga memenuhi apa yang diantara langit dan bumi, kemudian taubat nescaya Allah mengampun-kannya."
Abu Yazid Arraqqasyi berkata: "Ketika Abu Hurairah r.a. berkhutbah diatas mimbar Rasulullah s.a.w. berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adam adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah pada hari kiamat. Allah menyatakan alasan udzurnya tiga macam yaitu:
A. Hai Adam, andaikan Aku tidak mengutuk orang-orang yang dusta dan membenci dusta serta mengancam siksa atasnya dan telah menjadi putusanKu akan mengisi penuh neraka jahannam dengan jin dan manusia semuanya, nescaya Aku memberi rahmat kepada turunanmu semua pada hari ini.
B. Hai Adam, sungguh Aku tidak menyiksa turunanmu dengan api neraka kecuali orang yang Aku ketahui bahwa sekiranya Aku kembalikan ia kedunia pasti ia akan kembali kepada kejahatannya dan tidak bertaubat.
C. Hai Adam, Aku jadikan kau sebagai hakim antaraKu dengan anak cucumu, berdirilah kau didekat timbangan, perhatikan apa yang terlihat padamu dari amal, maka siapa yang lebih berat amal kebaikannya meskipun hanya seberat semut, maka ahli syurga, supaya kau ketahui bahwa Aku tidak memasukkan kedalam neraka kecuali orang yang zalim.

Aisyah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Suratan amal itu tiga perkara yaitu :
A. Suratan amal yang diampunkan oleh Allah s.w.t.
B. Suratan amal yang tidak diampunkan oleh Allah s.w.t.
C. Suratan amal yang tidak ditinggalkan sedikitpun daripadanya

Adapun yang tidak diampunkan oleh Allah s.w.t., maka syirik mempersekutukan Allah s.w.t.. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi: "Sesungguhnya siapa yang memper-sekutukan Allah maka Allah akan mengharamkan padanya syurga dan tempatnya didalam neraka. Adapun yang diampunkan oleh Allah maka dosa seseorang terhadap Allah antara dia dengan Allah. Adapun yang tidak ditinggalkan sedikitpun maka dosa seseorang ter-hadap sesama manusia maka harus dibalas dan dikembalikan tiap hak kepada yang berhak."
Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiap hak harus dikembalikan kepada yang berhak pada hari kiamat sehingga diberi kesempatan bagi kambing yang tidak bertanduk untuk membalas kambing yang bertanduk untuk menanduknya. Kerana itu jika dosaku dengan sesama manusia, maka hendaklah diselesaikan dengan baik didunia, adapun kalau antara dia langsung dengan Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. maha pengampun lagi mudah memaafkan asalkan mahu bertaubat. Sebab tiap hak sesama manusia harus dikembalikan, jika tidak dikembalikan didunia maka harus dibayar (diganti) dengan hasanat kebaikan amal yang telah dilakukan pada hari kiamat.
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tahukah kamu siapakah yang pailit dari umatku? Jawab sahabat: "orang yang pailit itu ialah habis bersih harta kekayaannya dan belum terbayar semua hutangnya sehingga tidak punya harta dan perkakas (perabut rumah). Rasulullah s.a.w. bersabda: " Orang yang pailit dari umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan lengkap sembahyang dan puasanya tetapi ia telah mencaci maki si ini dan menuduh pada si itu dan makan harta si ini dan menumpahkan darah si itu, maka semua orang yang telah habis hasanahnya sebelum terbayar semua orang yang dianiaya itu dan ditanggungkan kepadanya, kemudian ia dilempar kedalam neraka."
Kami mohon kepada Allah semoga Allah memberi taufiq untuk tetap pada taubat.
Muhammad bin Sirin berkata: "Awaslah, jangan sampai kau berbuat kebaikan kemudian kau tinggalkan, sebab tidak ada seorang yang taubat lalu kembali kepada dosanya beroleh keuntungan. Kerana itu yang telah taubat hendaklah mengingati selalu pada dosanya, seakan-akan dimuka matanya, supaya tetap bertaubat, banyak membaca istighfar dan mensyukuri nikmat Allah s.w.t. hanya kepadaNya dapat bertaubat, juga memikirkan apa yang dijanjikan oleh Allah s.w.t. daripada nikmat diakhirat bagi orang yang beramal soleh, supaya rajin beramal soleh dan menjauhi dosa."
Zaid bin Wahb dari Abu Dzar r.a. berkata: "Saya bertanya: "Ya Rasulullah, beritahukan kepada kami apa yang tercantum dalam Suhuf Musa?" Rasulullah s.a.w. berkata: "Didalamnya ada enam kalimat yaitu:
A. Saya hairan terhadap orang yang yakin adanya neraka, bagaimana ia dapat tertawa?
B. Saya hairan pada orang yang yakin akan mati, bagaimana dapat bergembira?
C. Saya hairan pada orang yang yakin akan adanya hitungan amal, bagaimana ia melakukan dosa?
D. Saya kagum pada orang yang percaya pada takdir (ketentuan Allah s.w.t.), bagaimana ia bersusah payah?
E. Saya kagum pada orang yang melihat segala perubahan dunia, bagaimana ia condong kepadanya?
F. Saya ajaib pada orang yang yakin pada syurga, bagaimana ia tidak berbuat baik?
La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah.

Pada suatu hari Abdullah bin Mas'ud r.a. berjalan-jalan dikota Kufah, tiba-tiba bertemu dengan orang-orang fasiq sedang berkumpul minum khamar dan ada penyanyinya bernama Zadan. Ia memukul rebana sambil bernyanyi dengan suara yang merdu. Abdullah bin Mmas'ud berkata: "Alangkah merdunya suara itu andaikan digunakan untuk membaca Al-Quran." dan Abdullah terus berjalan. Tiba-tiba Zadan terdengar apa yang dikatakan oleh Ibn Mas'ud itu lalu ia bertanya kepada orang-orang: "Siapakah orang itu?" Dijawab oleh orang-orang: "Itu Ibn Mas'ud, sahabat Rasulullah s.a.w.." Lalu ia berkata apakah?" Tanya Zadan. Jawab orang-orang itu: "Ia berkata, alangkah merdu suara itu andaikan digunakan untuk membaca Al-Quran."
Perkataan itu benar-benar meresap dalam hati Zadan sehingga segera ia berdiri dan membuang rebana yang ada ditangannya lalu lari mengejar Ibn Mas'ud dan mengikat saputangan dilehernya sendiri sambil menangis dihadapan Ibn Mas'ud, maka dipeluk oleh Abdullah bin Mas'ud dan bersama-sama menangis, kemudian Abdullah bin Mas'ud berkata: "Bagaimana saya tidak akan sayang pada orang yang disayangi Allah ." Lalu ia tetap taubat dan selalu mendekati Abdullah bin mas'ud untuk belajar ilmu Al-Quran hingga menjadi orang alim yang banyak meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Mas'ud.
Abul Laits berkata: "Saya mendapat cerita dari ayahku, bahwa dimasa Bani Iisrail dahulu ada seorang wanita pelacur yang sangat cantik dan ia selalu duduk diatas dipan didalam rumah yang selalu terbuka pintunya, sehinggakan tiap orang yang berjalan dimuka pintunya pasti tertarik kepada kecantikannya dan siapa yang akan masuk diharuskan membayar sepuluh dibar. Maka pada suatu hari ada ahli ibadat berjalan dimuka pintunya dan ketika menoleh kedalam pintu terlihat olehnya kecantikan wanita itu yang sedang duduk didipannya, maka ia sangat tertarik pada wanita itu, tetap ia berdoa semoaga Allah s.w.t. menghilangkan kerisauan hatinya yang selalu teringat pada wanita itu. akan tetapi oleh kerana perasaan hatinya tidak hilang akhirnya ia berusaha mencari wang sehingga terpaksa menjual beberapa kainnya dan setelah terkumpul sepuluh dinar ia datang kemuka pintu itu tetapi oleh wanita pelacur itu disuruh menyerahkan wangnya kepada wakilnya dengan janji supaya ia datang pada waktu yang ditentukan.
Maka tepat pada waktunya ia datang, sedang wanita itu telah berhias dan duduk menantikannya diatas ranjangnya, maka masuklah orang abid itu dan duduk bersama wanita itu diatas ranjang dan ketika sedang menghulurkan tangan pada wanita itu, tiba-tiba ia teringat bahwa Allah s.w.t. sedang melihatnya dalam perbuatan yang haram, yang mungkin akan menggugurkan semua amal perbuatan ibadat yang telah lalu itu, seketika itu juga ia gementar dan pucat mukanya, maka ditanya oleh wanita itu: "Mengapa kau berubah pucat, terkena apakah engkau?" Jawabnya: "Saya takut kepada Tuhanku kerana itu izinkan aku keluar." Wanita itu berkata: "Celaka kau, banyak orang ingin mendapat seperti kau ini, maka apakah yang menyebabkan kau begini?" Jawabnya: "Saya takut kepada Allah s.w.t., sedang wang yang sudah saya berikan kepadamu itu halal, izinkan saya keluar dari sini." Maka ditanya: "Apakah engkau belum pernah berbuat begini?" Jawabnya: "Belum pernah." Lalu ditanya: "Siapa namamu dan dari manakah engkau?" Lalu diberitahu nama dan tempat daerahnya, lalu diizinkan keluar, maka keluarlah abid itu dari tempat itu sambil menangis dan melatakkan tanah diatas kepalanya, sehingga terpengaruh wanita itu ketika melihat abid itu menangis dan berkata dalam hatinya: "Ini orang pertama kali akan berbuat dosa sudah merasa takut sedemikian dan saya berbuat dosa bertahun-tahun, padahal Tuhannya yaitu Tuhanku, maka seharusnya aku lebih takut daripadanya." Maka sejak itu wanita itu taubat dan menutup pintu rumahnya dari segala orang, untuk melakukan ibadat semata-mata, kemudian setelah ia ibadat, timbul perasaan dalam hatinya: "Sekiranya saya pergi kepada iorang abid itu, kalau-kalau ia mahu mengahwini aku sehingga aku dapat belajar agama darinya dan membantu saya dalam beribadah." Lalu ia bersiap-siap membawa harta dan budak-budaknya sehingga sampai kedusun si abid itu, dan ketika diberitahukan kepada abid itu ada wanita mencarinya, maka keluarlah abid itu untuk menemui tamunya, dan ketika wanita itu melihat abid itu segera ia membuka tudung mukanya supaya segera dikenal, tetapi ketika abid itu melihat wanita itu, teringat akan kelakuannya dahulu, maka ia menjerit sekuatnya sehingga mati ketika itu juga. Maka wanita itu tinggal sedih dan berkata: "Saya ini datang kemari untuknya dan kini telah mati, apakah ada keluarganya yang mahu kawin kepadaku?" Dijawab: "Ada saudaranya seorang soleh tetapi tidak punya apa-apa (miskin)." Berkata wanita itu: "Tidak apa sebab saya cukup harta." Maka dikawin oleh saudaranya abid itu sehingga mendapat tujuh anak laki-laki yang kesemuanya menjadi nabi-nabi Bani Israil.

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates