Selasa, 11 Mei 2010
METODE CERAMAH DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN
Editor : Drs. IHSAN
I. METODE CERAMAH
Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar. Ceramah wajar dipergunakan :
A. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
B. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
C. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Dalam metode Ceramah Organisasi kelas sederhana. Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.
Kelemahan metode ceramah yang seringkali kita temukan adalah sebagai berikut :
A. Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pem-bicaraannya. Kadang-kadang pengajar beranggapan bahwa bila pembelajar duduk diam mendengarkan atau sambil mengangguk-anggukkan kepala, berarti pembelajar telah mengerti. Padahal anggapan tersebut sering meleset; walaupun, pembelajar menunjukkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi pengajar tidak mengetahui sejauh mana penguasaan pembelajar terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanyajawab
B. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar. Dapat terjadi bahwa pembelajar niemberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh pengajar. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak bagi setiap kata tertentu. Kata kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaanya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi mahasiswa UT, pengertiannya adalah salah satu bentuk bahan belajar yang berujud buku materi pokok. Sedangkan bagi-para astronot, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa.
Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antar pembicara dengar pendengar untuk mengerti maksud pembicara. Bila pengajar menggunakan kata-kata yang abstrak seperti “kepribadian”, “kesusialaan”, “keadilan”, mungkin bagi setiap anak pengertiannya tidak sama atau sangat kabur untuk mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam suatu kalimat, akan semakin banyaklah kemungkinan salah tafsir arti pembicaraan pengajar. Itulah sebabnya seringkali pembelajar sama sekali tidak sapat memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan pengajar. Maka bila pengajar ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi anak, pengajar dapat menyertakan peragaan dalam ceramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis
Batas batas kemungkinan metode ceramah
A. Pengajar tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti memahami) yang telah dibicarakan.
B. Pada pembelajar dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh pengajar tersebut.
Bagaimana mempersiapakan ceramah yang berdaya guna? Langkah-langkah di bawah ini pada umumnya merupakan langkah yang dapat mempertinggi hasil metode ceramah.
A. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh pembelajar.
B. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya.
C. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.
D. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus ditetapkan sebelumnya.
E. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.
F. Kmudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan dengan melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar ringkas mengenai pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan pokok tersebut dan akhirnya menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan itu.
G. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan
II. METODE DISKUSI
Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompieksnya masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja. tetapi kita harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih-dari satu jawaban yang benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawaban tersebut.
Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.-Untuk iru siswa harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.
A. Penggunaan metode diskusi - Seperti telah disinggung sekilas, bahwa metode tanya jawab dengan diskusi saling mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi, tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk memecahkan masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapat-pendapat berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban, malah mungkin terdapat banyak jawaban yang benar. agar mendapatkan gambaran yang jelas, marilah kita perhatikan contoh pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Bilamanakah bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kesatuan di negara kita ?
2. Mengapa peserta Sipenraaru maupun PMDK pada tahun ini menurun ?
3. Apakah siaran teievisi sebaiknya d’iurus oleh Pemerintah, atau swasta ataukah sebagian pemerintah sebagian swasta ?
4. Mengapa burung hantu tidak berdaya pada waktu siang?
5. Siapakah di antara kalian yang setuju diadakan ulangan secara mendadak ?
6. Beberapa orang guru mengeluh bahwa daya tampung di sekolah mereka sangat berbatas.
7. Jalan keluar apakah yang kiranya dapat ditempuh untuk mengatasi keadaan itu
8. Bentuk acara yang bagaimanakah yang akan kamu pilih untuk memperingati hari kemerdekaan di sekolah kita?
9. Berapakah perbandingan antara angka kelahiran dan kematian penduduk dunia pada saat lahirnya bayi yang ke-5 milyar ?
10. Mengapa pada saat ini banyak remaja laki-laki yang memakai perhiasan?
Perhatikanlah sifat-sifat pertanyaan di atas. Pertanyaan no. 1,4 dan 8 memerlukan jawaban berfakta, jadi pertanyaan tersebut bukan diskusi melainkan tanya-jawab. Pertanyaan no. 5 hanya memerlukan pemungutan suara, tidak akan menjadi diskusi bila guru tidak meminta pendirian serta alasan siswa. Nomor 3 dan 9 meminta pertimbangan tentang fakta-fakta, maka diskusi menjadi hidup, karena akan muncul berbagai pan-dangan yang dapat dibenarkan. Sedangkan nomor 6, 7 dan 10 membutuhkan rencana bertindak dari pihak siswa, dan mengandung kemungkinan jawaban lebih dari satu.
Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk metode diskusi bersifat menguji kemungkinan jawaban yang dapat dipertahankan lebih dari sebuah dan tidak menanya-kan “Manakah jawaban yang benar” tetapi lebih menekankan kepada “memper-timbangkan dan-membandingkan”. Misalnya : Manakah kiranya yang paling baik. pemecahan mana yang mungkin lebih berhasil. manakah yang akan lebih memberikan manfaat serta menarik minat anak dan sesuai dengan taraf kemampuan/umurnya.
B. Peranan Guru atau Pemimpin Diskusi - Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang bagajmana yang dapat dirumuskan oleh kelas terhadap suatu masalah ? Selama diskusi pemimpin atau guru kelas melihat adanya sejumlah jawaban yang mungkin, kemudian memilih jawaban yang dianggap merupakan jawaban yang setepat tepatnya. Hal manakah yang telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan? Tindakan apakah yang sudali direncanakan ? Siapa yang melaksanakan, dan bilamana ?
Kebaikan Metode Diskusi adalah :
A. Siswa belajar bermusyawarah
B. Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing
C. Belajar menghargai pendapat orang lain
D. Mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah
Kekurangan/Kelemah an Metode Diskusi dalah
A. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari poko persoalan.
B. Kesulitan dalam menyimpulkan sering menyebabkan tidak ada penyelesaian.
C. Membutuhkan waktu cukup banyak.
Jenis-jenis Diskusi adalah :
A. Buzz Group - Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini dapat diadkan di tengah-tengah atau akhir
B. Fish Rowt - Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosonu menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali ketempat semula.
C. Whole Group - Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.
D. Syndicate group - Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.
E. Brainstorming - Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu. di bawah seorang ketua. Semua ide >ang sudah masuk dicatat. untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.
F. Informal debate - Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.
G. Colloqinin - Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung perianyaan-penanyaan tambahan dari siswa. mahasisxva yang lain. Pelajaran dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaran yangtelah diterima Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa unluk belajar memimpin.
Kecakapan memimpin diskusi memang harus dilatih, bila kita menginginkan keberhasilan suatu diskusi. Seseorang .yang belum berpengalaman memimpin diskusi, suatu saat dapat menjadi kebingungan apabila terjadi pembicaraan yang jauh menyimpang dari pokok persoalan, Dapat pula terjadi. seseorang yang senang berbicara akan menguasai seluruh pembicaraan sehingga tidak memberi kesempatan kepada teman yang lain untuk Tnengemukakan pendapat. Demikian pula diantara peserta diskusi saling bertentangan pendapatnya, bagi pemimpin yang belum trampil, tidak dapat mencarikan jalan tengah sehingga seringkali diskusi berakhir lanpa adanya suatu kesimpulan yang jelas. Bila siswa belum pernah mengenal lata cara diskusi, rnereka akan berbicara secara serempak atau spontan menanggapi bila ada suatau pendapat yang menarik. Juga serins terjadi beberapa siswa belum memahami persoalan .sehingga memberikan komentar yang menyimpang dan berkepanjangan.
Akibat suasana menjemukan dan tidak dapat-melihat kemajuan-kemajuan apa yang telah dicapai. Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan menghadapi ketimpangan-ketimpangan tersebut diatas. Untuk itulah para siswa perlu dilatih untuk memperoleh ketrampilan pemimpin yang pada hakikatnya dapat dipelajari. Prof. DR. Winarno Surakhmad dalam bukunya “Metodologi Keguruan Nasional” mengemukakan tiga peranan pemimpin diskusi ialah sebagai pengatur lalu lintas, dinding penangkis dan penunjuk jalan
Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas – sebagai seorang pemimpin. la berhak untuk
1. Menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota, Menjaga agar tidak semua anggota bicara secara serempak
2. Mencegah dikuasai’nya pembicaraan oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara
3. Membuka kesempatan bagi anggota yang pemalu atau pendiam untuk menyumbangkan ide-ide mereka
4. Mengatur sedemikian sehingga setiap pembicaraan dapat ditangkap dengan jelas oleh pendengar.
Dari peran tersebut, dapat kita lihat bahwa pemimpin akan belajar memahami sifat-sifat para peserta. la akan belajar bagaimana mendorong si pendiam untuk ikut serta dan bagaimana mencegah anggota yang senang berbicara dan membuka kesempatan bagi anggota lain secara merata. Untuk membatasi orang yang senang berbicara, misalnya dapat dikatakan : “Baik. saya rasa pendapat anda itu telah dituangkan dengan jelas, coba mari kita lihat beberapa pendapat yang lain”. Atau kepada si pendiam : “Tina, kami belurn mendapat kesempatan mendengarkan pemikiranmu tentang hal ini, bagaimana pendapatmu ?”. Di sini pemimpin harus dapat mengatur pembicaraan dengan bijaksana sehingga tidak menimbulkan rasa tertekan, marah, dan rendah diri.
Pemimpin sebagai dinding penangkis - Dalam peran ini di ibaratkan seorang pemain tenis yang berlatih memukul bola pada dinding, selalu memantul kembali. Demikian pula pemimpin diskusi senantiasa menerima pertanyaan-pertanyaan dari para peserta dan dipantulkan kembali ke dalarn kelompok. Dia sendiri tidak selalu menjawab langsung setiap pertanyaan yang penting. Bila ada pertanyaan yang muncul, pemimpin dapat mengatakan ya, ini pertanyaan yang baik, bagaimana pendapat anda sekalian mengenai hal ini ?”.
Kepada si pendiam :”Mungkin, Rini akan mengemukakan pendapat atau anggota yang lain?”. Bila sudah memperoleh jawaban, maka jawaban tersebut dilontarkan kembali kepada para peserta untuk dimintakan pendapat mereka pada suatu saat mungkin diskusi mengalami jalan buntu, maka pada kesempatan itu pemimpin atau Guru dapat bertindak sebagai penasihat dan memberi jawaban sehingga soal-soal pokok yang sedang didiskusikan dapat dilanjutkan.
Dalam diskusi sering terjadi siswaan tidak menyadari struktur pokok diskusi -mereka, atau tidak memahami pokok masalah yang didiskusikan sehingga mudah timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang dari garis pembicaraan. Mereka kehilangan pegangan dan tidak melihat hasil-hasil yang sudah dicapai. Atau tidak disadari bahwa telah tiba saatnya untuk menarik kesimpulan- dan menetapkan langkah-langkah. Kewajiban pemimpin diskusilah untuk memahami dengan seksama struktur diskusi yang baik sehingga ia dapat menunjukkan jalan lurus bila terjadi penyimpangan.
Dengan demikian pemimpin mempunyai kewajiban menuntun anggota dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah. Langkah-langkah yang perm dipahami dan dipakai sebagai pedoman menuntun diskusi kelas adalah:
1. Apakah masalah yang dihadapi? - Pemimpin’perlu mengetahui dengan jelas permasalahan yang dihadapi. Bila perlu ditulis di papan tulis sebelum diskusi dimulai sehingga peserta senantiasa melihat tujuan diskusi.
2. Soal-soal penting mana yang terdapat dalam masalah itu? Kalau dalam diskusi terdapat pandangan yang berbeda, ada baiknya pandangan-pandangan tersebut ditulis pula. Faedahnya, siswa dapat melihat kekurangan-kekurangannya dan mencoba memperbaiki -sebelum diskusi dilanjutkaan. Dapat terjadi seluruh peserta tidak tahu dengan pasti faktor tertentu yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Faktor serupa ini terpaksa dicari dari sumber-sumber lain atau dari nara sumber yang mengetahui.
H. Panel - Merupakan suatu diskusi orang-orang yang dianggap ahli, terdiri dari 3-6 orang dan dipimpin oleh seorang moderator. Para panelis dihadapkan pada para peserta yang hanya berfungsi sebaeai pendengar. Maksudnya untuk memberikan stimulus kepada para peseita akan adanya masalah-masalh yang masih dipecahkan lebih lanjut.
I. Simposium - Merupakan suatu pembahasan masalah yang bersifat lebih formal. Pembahasan dilakukan oleh beberapa orang pembicara (sedikitnya 2 orang) yang sebelumnya telah menyiapakan suatu prasarana dan pembicara yang lain mengemukakan prasarana banding/sanggahan. Suatu pokok persoalan disoroti dari beberapa aspek. yang masing-masing dibacakan oleh prasarana kemudian diikuti sanggahan dan pandangan umiun dari para pendengar. Moderator mengkoordinasi jalannya pembicaraan. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oieh panitia perumus.
J. Seminar - Merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah. Suatu pokok persoalan dibahas secara teoritis, bila perlu dibuka suatu pandangan umum. Berdasarkan kertas kerja yang ada, peserta menjadi beberapa kelompok untuk membahas lebih lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu menyimpulkan kerja keiompoknya dan dari hasil-hasil kelompok disusun suatu perumusan oleh panitia perumus yang ditinjau.
III. METODE DRILL DAN GAME
Metode Drill merupakan suatu metode yang penerapannya dengan jalanmelatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Metode ini disebut juga dengan metode pembiasaan, suatu kegiatan melakukan hal yang sama berulang-ulang dan bersungguh-sungguh dengan tujuan memerkuat emosional atau penyempurnaan keterampilan secara permanent.
Penggunaan drill atau latihan siap sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Padahal maksudnya berbeda. Ulangan adalah suatu tindakan untuk mengukur sejauh manam siswa telah menyerap mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya mereka. Sedangkan latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik siswa dan dapat dikuasasi sepenuhnya.
Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa penda-pat memiliki arti sebagai berikut;
A. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K, 1985 : 125)
B. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak- anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk, 1983: 106)
C. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (Shalahuddin, dkk, 1987: 100).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Tujuan metode drill (latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperiukan. (Pasaribu dan B. Simandjuntak, 1986: 112).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1985: 125-126) dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:
A. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga.
B. Mengembangkan kecakapan intetek, seperti mengalikan, membagi, menjum- lahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
C. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda huruf dan bunyi -ing, nya dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan tarn-lain.
D. Tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
Menurut Yusufdan Syaifiil Anwar (1997: 66) kebaikan metode drill (latihan siap) adalah;
A. Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
B. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar.
C. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri, mandiri
D. Pada pelafaran agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut sebagai berikut
1. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan
2. Para murid akan memiliki pengetahuan siap
3. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin
Team Kurikulum Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1981: 45-46) dalam pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM menguraikan tentang kekurangan dari metode drill sebagai berikut:
A. Menghambat bakat dan inisiatif siswa - Mengajar dengan metode drill berarti minat dan inisiatif siswa dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada kofomuitas dan diarahkan menjadi uniformitas
B. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan - Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara statis. Hal mi bertentangan dengan prinsip belajar di mana siswa seharusnya mengorganisasi kembali pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.
C. Membentuk kebiasaan yang kaku - Dengan metode latihan siswa belajar secara mekanis. Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis.Kecakapan siswa dalam memberikan respon stimulus dilakukan secara otomatis tanpa menggunakan vintelegensi. Tidaklah itu irrasional, hanya berdasarkan routine saja.
D. Menimbulkan verbalisme - Setetah mengajarkan bahan pelajaran siswa berulang kali, guru mengadakan ulangan lebih-lebih jika menghadapi ujian. Siswa dilatih menghafal pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus tahu, dan menghafal jawaban- jawaban atau pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa harus dapat menjawab soal-soal secara otomatis. Karena itu maka proses belajar yang lebih realistis menjadi terdesak. Dan sebagai gantinya timbullah respon-respon yang melalui bersifat verbalistis.
Agar metode drill (latihan siap) dapat efektifdan berpengaruh positif terhadap pembelajaran bahasa Arab, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
A. Drill diberikan hanya pada bahan atau tindakan yang bersifat otomatis. Semisal pelajaran muhadasah, guru dapat memberikan contoh teks percakapan dan siswa dapat langsung menirukan apa yang telah didengarnya dari guru.
B. Drill harus memiliki tujuan yang lebih luas, di mana Siswa menyadari kalau pen-drill-an yang dilakukan berguna untuk kehidupan siswa selanjutnya, yaitu penguasaan bahasa Arab yang aktif dan komunikatif dan Siswa mempunyai sikap kalau pen-drill-an. itu sebagai pelengkap belajar selanjutnya.
C. Drill hanya sebagai alat diaynosa dimana seorang guru
1. Pada taraf permulaan jangan membiarkan reproduksi yang berperan. Guru harus membimbing terlebih dahulu hingga berulang kali.
2. Guru meneliti kesulitan yang timbul dalam pentransferan pelajaran kepada siswa.
3. Respon yang benar harus diketahui siswa dan respon yang salah harus diperbaiki.
4. Jangan membiarkan siswa terbiasa dengan ungkapan yang salah.
5. Memberikan waktu pada siswa untuk menyerap bahan pelajaran, mewarisi latihari dan mengembangkan arti serta control.
6. Pen-drill-an pada langkah awal penekanannya pada ketepatan selanjutnya pada kecepatan, dan
7. Pada akhimya siswa mampu berbahasa Arab dengan tepat serta cepat dalam merespon.
C. Masa pen-drill-an harus singkat, tetapi harus sering dilakukan. Dengan begitu siswa akan memperoleh materi yang sedikit tapi melekat dan tidak membosankan
D. Pelaksanaan drill harus menarik dan menggembirakan. Pen-drill-an dapat dilaksanakan dengan berbagai variasi. Semisal didramatisasikan sehingga motivasi siswa berkreativitas.
E. Proses drill harus disesuaikan dengan perbedaan individual siswa, misalnya tingkat kecakapan yang diterima antar siswa pada satu saat tidak periu sama, dan Pen-drill-an secara perorangan perlu untuk menambah pen-drill-an kelompok.
Label: Met. PAI STAIM