Rabu, 01 April 2009

SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN DAN
PROSES PEMBAHARUAN ISLAM DI INDIA

OLEH : DRS. IHSAN


India, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, merupakan salah satu dari sekian banyak kebanggaan yang dimiliki oleh umat Islam, terutama dengan hasil karya budaya yang adi luhung dan luar biasa. India pada saat Islam mulai kemunduran, merupakan salah satu dari tiga kerajaan Islam baru yang dimiliki oleh umat Islam, pasca kemakmuran Bagdad dan Barcelona Spanyol. India bersama dengan kerajaan Turki Utsmani, kerajaan safawiyah, berkembang menjadi ke-rajaan Islam yang kuat dan kemudian melahirkan karya budaya yang luhur yaitu Taj Mahal, yang dibangun oleh Syech Jehan untuk istri tercitanya, Muntaj Mahal.
Islam masuk ke India diperkirakan pada masa Khalifah Umar bin Khattab atau sekitar abad ke 7 dan 8 M. bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Secara Historis terdapat daerah penting di India yang menjadi faktor percepatan berkembangnya Islam India, bahkan sebagian daerah tersebut menjadi pengembang amanat penyebaran Islam ke daerah Timur melalui perda-gangan dan kunjungan kenegaraan, misalnya ke Indonesia, yang secara tradisional mempunyai hubungan kultural dengan India lewat penyebaran agama dan budaya Hindu dan Budha.

Daerah Guzarat India mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama Islam, terutama melalui perdagangan dan kunjungan kenegaraan yang dilakukannya. Bahkan salah satu pendapat tentang masuknya agama Islam di Indonesia, dibawa oleh para pedagang Guzarat India yang me-lakukan hubungan dagang ke Indonesia.
India dengan pergulatannya yang panjang terhadap system dan ajaran Islam, telah melahirkan satu komunitas masyarakat yang sangat apresiasif, terutama percampuran dan pendalaman nilai keislaman dengan budaya luhur mereka. Dari kolaborasi antara nilai keislaman dan sikap kultural tersebut melahirkan karya yang sangat luar biasa dalam bidang kebudayaan dan keilmuan, wa-laupun secara sadar hasil dan karya keilmuan mereka tidak sepadan dengan khazanah keilmuan pada masa bani Abbasiyah di Bagdad dan Bani Umayah di Barcelona (Spanyol).
Tempat-tempat seperti Delhi, Punjab, Islamabad dan Karachi adalah tempat-tempat yang sanga terkenal pada pemerintahan kerajaan Islam India. Tempat-tempat tersebut sampai saat ini tetap menjadi pusat pengembangan keilmuan dan kebudayaan baik oleh Islam atau Hindu.
Setelah kerajaan Islam India memperoleh dan melewati masa kejayaan, maka sebagaimana yang kita saksikan sebagai pandangan umum yang dialami oleh umat Islam, mulai abad ke 15 ke-rajaan Islam India mengalami kemunduruan, sampai pada satu titik nadif. Titik yang tidak mungkin dapat mendorong orang melakukan pemikiran dan pengkajian keilmuan, dan kondisi tersebut berlangsung sangat lama, sampai kemudian lahir seorang pembaharau yang menyadarkan umat dari ketertidurannya, bersamaan dengan lahirnya ide pembaharuan di Saudi Arabia oleh Muhammad bin Abdul Wahab (gerakan Wahabi). Pembaharu tersebut kemudian disebut-sebut sebagai pembangkit awal semangat keislaman yaitu Syayid Ahmad (Syahid). Ide pembaharuan tersebut kemudian secara cepat memperoleh bentuk dan pengaruhnya secara luas pada masa Syayid Ahmad Khan, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Pembaharu Islam.


SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN INDO PAKISTAN PADA ABAD KE 18-19 M.
Indo-Pakistan dan juga wilayah-wilayah lain dalam sistem kemasyarakatan Islam, pada abad ke 18 mengalami titik balik perkembangan, yang cenderung menurun bahkan ada yang jatuh pada situasi sosio kultural yang dependent (tergantung) dengan negara atau wilayah lain non Islam. Perkembangan umum tersebut dipicu oleh semakin mundurnya kekuatan kerajaan Islam Moghul (Mughal) yang selama ini memberikan kontribusi budaya dan keunggulan Ilmu pengetahuan Islam di Indo Pakistan. Peperangan yang berlarut-larut dengan suku atau wilayah lain misalnya dengan Suku Shikh dan masuknya kekuatan Inggris di Indo Pakistan, berlahan-lahan menyebab-kan masyarakat Islam yang secara kuantitas minoritas dibandingkan dengan Hindu dan Budha, mengalami kemunduran dan ketergantungan dengan negara lain.
Permasalahan-permasalahan politik, merupakan kontributor yang besar dibandingkan dengan permasalahan-permasalahan keummatan lain, karena dari sisi politik tersebut kemudian umat Islam kehilangan daya tahan keagamaan dan kesatuannnya. Untuk mengetahui situasi dan kondisi sosio kultural dan politik masyarakat Islam Indo Pakistan, dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
1. Kondisi Sosial Keagamaan
Pengamalan dan pelaksanaan agama lebih banyak berbentuk sufisme yang terkelompok dalam bentuk tarekat-tarekat, sebuah pengamalan keagamaan yang menitik beratkan pada aspek kebatinan yang non formal.
Pengamalan sufis dan tarekat tersebut tidak secara murni dari ajaran Islam, melainkan sudah tercampur dengan ajaran kerohanian Hindu, Budha bahkan animisme.
Pengamalan agama dalam masyarakat tidak murni lagi, bahkan cenderung kepada peng-malan Takhayyul, Bid’ah dan Khurafat (TBC). Beribadah menggunakan perantara atau wasilah.

2. Kondisi Politik
Sehubungan dengan kemunduran kerajaan Moghul (Mughal) umat Islam Indo Pakistan secara berlahan-lahan mengalami ketidakberdayaan dan ketergantungan politik.
Kemunduran politik tersebut lebih banyak disebabkan oleh perseteruan umat Islam dengan penganut Shikh dan masuknya kekuatan asing (Inggris) di Indo Pakistan.
Maka secara politis, umat islam berada pada level minoritas, bila dibandingkan dengan penganut atau pemeluk agama Hindu dan Budha

Kondisi sosio kultural tersebut menyebabkan umat Islam jatuh pada level yang sang rendah bila dibandingkan dengan penguasa asing, dan hal tersebut menyebabkan rasa rendah diri yang berlebihan, mengamalkan agama yang tidak ada dasarnya, bahkan tidak lagi ada kesempatan me-lakukan Ijtihad, dan situasi tersebut memberi kontribusi yang besar bagi lahirnya pola kehidupan sufis dan tarekat.


PEMBAHARUAN ISLAM DI INDO PAKISTAN
Sebenarnya bibit pembaharuan Islam di Indo Pakistan telah dimulai oleh Syah Waliyullah, seorang tokoh agama yang mempunyai beberpa kajian keilmuan dan akses ke masyarakat Islam secara keseluruhan. Namun demikian gaung pembaharuan yang lebih besar pengaruhnya terhadap proses pembaharuan, dikembangkan oleh Sayid Ahmad (Syahid – gelar kepahlawanan), dan ke-mudian lebih berkembang lagi ketika program pembaharuan tersebut ketika berada ditangan Sayid Ahmad Khan. Maka untuk mengetahui proses pembaharuan tersebut, akan dijelaskan be-berapa tokoh yang berjasa dalam program pembaharuan Islam

1. Sayid Ahmad (Syahid) 1786-1831 M.
Sayid Ahmad dilahirkan di India pada tahun 1786 dan meninggal pada tahun 1831 di medan perang ketika ia bersama-sama dengan kaum muslimin lain berjuang untuk me-negakkan kalimat Islam. Oleh sebab itu ia kemudian mendapatkan Gelar Syahid.
Sayid Ahmad mempunyai visi pembaharuan yang hampir sama dengan gerakan pem-baharuan di Arab yang dikenal dengan Gerakan Wahabi, bahkan diasumsikan, Sayid Ahmad banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Wahabi. Persamaan pemikiran dan gerakan tersebut disebabkan oleh :
a. Gerakan Wahabi dan gerakan pembaharuan Sayid Ahmad terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, dan kemudian terjadi kontak dalam setiap pelaksanaan ibadah Haji.
b. Dalam kurun waktu tersebut, Sayid Ahmad juga pergi ke Mekkah (Hijaz) untuk beberapa waktu dan sempat ditahan oleh pemerintah karena menganut prinsip-prinsip Wahabi. Sebab pada saat yang sama gerakan Wahabi telah dilarang di Makkah.

Walaupun demikian, bukan berarti pemikiran Wahabi telah memberangus seluruh media pikir dan visi Sayid Ahmad, sebab ternyata banyak juga pemikiran-pemikiran konstruktif lain yang mengendap dalam media pikirnya, misalnya pemikiran Muhammad Abduh. Untuk me-ngetahui pola dan gerakan pembaharuannya, berikut ini pendapat dan pemikirannya :
a. Islam mengalami kemunduran tidak disebabkan oleh ajaran Islam yang tidak lagi aktual, akan tetapi disebabkan oleh :
· Pengamalan agama yang tidak lagi murni dar ajaran agama Islam (Al Qur’an dan al Hadits.
· Berkembangnya tarekat-tarekat yang ternyata banyak kemasukan unsur-unsur non Islam, Hindu, Budha dan Animisme atau lebih mirip sebuah praktek Sinkritisme.
b. Pemurnian ajaran Islam atau purifikasi ajaran Islam dengan menekankan pada gerakan kembali kepada islam yang murni dari Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, menolak perantara dalam peribadahan dan Taklid.
c. Pintu Ijtihad tetap terus terbuka, karena dibutuhkan untuk melakukan interpretasi ter-hadap al Qur’an, lebih dari itu karena dunia terus mengalami perkembangan dan pe-rubahan, maka diperlukan kemampuan intelektual (ijtihad) untuk menggali hukum-hukum tersebut.
d. Menentang prilaku ulama tradisional yang mempertahankan status quo terhadap ajaran dan tidak mau melakukan perubahan.
e. Melakukan gerakan pembaharuan dalam konteks politik, dengan menggelorakan se-mangat jihad. Gerakan politik tersebut dinamakan dengan “Gerakan Mujahiddin”, yang dimaksudkan untuk mempertahankan eksistensi Islam.

Penganut ajaran Sayid Ahmad (Syahid) pada perkembangan berikutnya terbagi menjadi dua, yaitu kelompok Mujahiddin, yang mengembangkan program pembaharuan lewat jihad dan politik untuk melawan kaum Sikh, dan kedua, kelompok yang lebih menitik beratkan pembaharuannya pada bidang pemikiran dan pendidikan lewat pendirian Madrasah dan Universitas. Gerakan yang kedua ini kemudian disebut Gerakan Deoband (nama daerah pusat pendidikan). Gerakan pendidikan tersebut pada saat akan menjadi ruh dan jiwa lahirnya Gerakan Aligarh.

2. Sayid Ahmad Khan (1232-1315 H/1817-1898 M).
Sebagaimana yang dikemukakan di muka, bahwa Sayid Ahmad Khan adalah tokoh sentral pembaharuan di Indo Pakistan, bahkan dalam perkembangan lebih lanjut, ketokohannya di-samakan dengan Gerakan Wahabi, Gerakan Politik Jama-luddin al Afghani dan Gerakan pe-mikiran Muhammad Abduh. Dalam artian yang lain, tokoh dari gerakan-gerakan tersebut telah memainkan peranannya dalam dunia pembaharuan dengan referensi dan kultur serta daerah yang berbeda. Demikian juga dengan Sayid Ahmad Khan, telah memainkan peranan pembaharuan dalam perspektif kontemporer, yang disesuaikan dengan perkembangan jaman dan Iptek.

Secara umum terdapat ciri-ciri yang membedakan program pembaharuan tokoh-tokoh tersebut dengan tema pembaharuan yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Khan. Ciri-ciri pemba-haruan pemikiran tersebut adalah :
Pembaharuan yang bersifat non politik dengan menekankan adanya kebebasan berfikir rasional.
Ide Pembaharuannya lebih menyerupai modernisasi yaitu proses aktualisasi Islam dengan menjadikan kemajuan dan kebudayaan Barat (Iptek) sebagai bahan untuk menfsirkan ajaran Islam (al Qur’an dan al Hadits).
Gerakan pembaharuan Islam dilakukan dengan prinsip kooperatif (kerja sama dengan Inggris), bahkan dalam kesempatan yang lain ia menyatakan rasa takjubnya (keheranan-nya), setelah ia berkunjung ke London selama 7 bulan. Rasa takjub tersebut harus diikuti dengan :
· Melakukan kerja sama politik
· Melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi
· Melakukan interpretasi ajaran islam dengan pemikiran-pemikiran mereka.

Dengan demikian titik tekan gerakan pembaharuan Islam menurutnya adalah pemberdayaan potensi dan kemampuan Islam, terutama dalam proses transformasi keilmuan dan keseimbangan politik antara umat Islam dan Inggris. Secara umum, pemikiran-pemikiran Sayid Ahmad Khan meliputi segala hal, keilmuan modern sebagai awal kajian dan kecen-derungannya dan keilmuan klasik, yang juga tidak luput dari kritiknya. Dari kajian al Qur’an, al Hadits sampai pada pemberdayaan pemikiran umat secara umum.

Berikut ini beberapa pemikiran dan pendapat Sayid Ahmad Khan :
A. Al Qur’an
1. al Qur’an merupakan satu-satu asas untuk mempelajari Islam. Oleh sebab itu untuk mempelajari Islam tidak perlu tafsir-tafsir klasik yang berbau khurafat. Al Qur’an dapat di interpretasikan atau ditafsirkan dengan penafsiran kontemporer. Untuk me-mahami tafsir kontemporer terdapat kaidah-kaidah
· Kaidah ayat Muhkam dan Mutasyabihat (Ali Imron 17)
Ayat Muhkamat bersifat Mutlak dan pasti, tidak membutuhkan penafsiran. Sedangkan ayat Mutasyabihat adalah ayat yang dapat berubah makna dan penaf-sirannya, spekulatif dan nisbi.
· Kaidah ayat-ayat yang mengandung makna pokok (tidak dapat dirubah) dengan ayat-ayat yang mengandung makna sampingan (dapat ditafsirkan).
2. Al Qur’an tidak bertentangan dengan hukum alam
3. Al Qur’an adalah sebagai satu-satunya asas untuk memahami ad Dien, sedangkan Hadits tidak dapat dijadikan sandaran, kecuali Hadits-hadits yang telah terseleksi artinya tidak bertentangan dengan Nash al Qur’an, sesuai dengan akal dan pengalaman manusia dan tidak bertentangan dengan hakekat sejarah.

B. Hadits
1. Pembagian Hadits menjadi Mutawatir, Masyhur dan Ahad. Hadits Mutawatir dapat diterima sebagai landasan hukum, sedangkan Hadits Masyhur harus ada penilaian dan kreterian sehingga dapat dijadikan sumber legislasi. Hadits Ahad tidak dapat diterima sebagai sumber legislasi.
2. Hadits yang diterima; Hadits yang berkaitan dengan agama berfungsi mengikat dan wajib dipegang, sedangkan Hadits non agama bersifat tidak mengikat, karena tidak menjadi tugas kerasulan Nabi Muhammad. Hadits non agama hanya berlaku dalam dan konteks jaman nubuwah (Kenabian) Nabi Muhammad SAW.

C. Produk Hukum Islam
1. Menolak anggapan tentang kesempurnaan produk fiqih Klasik (4 mazhab dll). Hukum tersebut hanya berlaku pada masa mereka memutuskan. Hukum harus berubah karena jaman selalu berkembang dan berubah. Hukum yang mereka putuskan sebenarnya ber-sifat Nisbi karena ia adalah produk manusia.
2. Tidak menerima Ijma’ atau kesepakatan ulama. Orang yang datang kemudian tidak wajib mengikatkan pada Ijma’. Oleh sebab itu pintu Ijtihad senantiasa terbuka untuk menemukan hukum garu bagi permasalahan baru.

D. Wahyu, Nubuwah dan Mu’jizat
1. Wahyu bukanlah sebuah perkara yang luar biasa, ia merupakan suatu tingkat inderawi dan insting tertinggi yang terdapat dalam diri manusia.
2. Nubuwah adalah kemampuan dan bakat yang dapat dikembangkan oleh manusia.
3. Mu’jizat adalah peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan hukum alam dan tidak me-nyalahi hukum alam seperti terbelahnya lautan menjadi jalan bagi Nabi Musa dll.

E. Gerakan Aligarh
Ia adalah gerakan kemanusiaan Islam untuk mencerahkan pemikiran dan kebuda-yaan umat Islam melalui pendidikan. Gerakan Aligarh pada awalnya merupakan pengembangan MAOC (Muhammadan anglo oriental College) yang mengelola Madrah dan pendidikan Umat, kemudian berkembang menjadi Universitas.
Gerakan Aligarh yang melahirkan universitas merupakan basis dari pendidikan umat, meningkatkan kualitas umat dan sekaligus melakukan pendidikan politik umat, terutama pada masa Muhsin al Mulk, Viqar al Mulk dan Aga Khan.
Pada perkembangan berikutnya, sebagian tokoh dan pemikir Aligarh mempunyai ke-cenderungan politik praktis terutama dibawah komanda Syibli yang mendirikan organisasi “Nadwat al Ulama”, bahkan mereka cenderung bertentangan dengan Gerakan pendidikan Aligarh. Gerakan kebangsaan yang dikembangkan oleh Syibli adalah gerakan politik, yang langsung mengarah pada perlawanan terhadap dominasi politik Inggris. Hal tersebut berbeda dengan Gerakan Aligarh, yang mengutamakan pendidikan dan kerja sama dengan pemerintah Inggris sebagaimana tercermin dalam Kollega pendidikan Aligarh.

3. Sayyid Amir Ali (1879-1928)
Ia dilahirkan di India pada tahun 1849 dan meninggal pada tahun 1928. Sayyid Amer Ali dikenal sebagai sarjana Islam yang menguasasi sastra dan kebudayaan Inggris. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena Sayyid Amer Ali mendapatkan pendidikan dari Universitas-Univer-sitas di Inggris. Pada tahun 1873 ia memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Inggris dengan karya Ilmiyah yang sangat mengagumkan yaitu “ a Critical examination on the life and teaching of Muhammadan”.
Pada tahun 1877 ia mendirikan National Muhammadan Association”. Organisasi tersebut dalam bidang pembangunan kesadaran dan pendidikan politik, terutama untuk menjaga kepentingan-kepentingan politik Islam. Dan pada tahun 1883 ia menjadi anggota dewan raja Muda India sebagai salah satu jabatan politik yang penting pada saat itu.
Dalam konteks sejarah pembaharuan dan pergerakan pemikiran Islam Kontemporer, Sayyid Amer Ali mempunyai peranan yang penting dalam pentas sejarah Islam dengan pemi-kiran-pemikirannya yang cemerlang, walaupun sangat jauh apabila dibandingkan dengan pemikiran Sayyid Ahmad Khan. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini pemikiran-pemikiran Sayyid Amer Ali :

Kemunduran Islam
1. Kemunduran orang Islam disebabkan oleh penyakit jumud (ketidakberdayaan umat) dalam melakukan aplikasi hidup.
2. Kemunduran Islam disebabkan umatnya telah mengabaikan ruh atau Spirit Islam ( al- Qur’an), terlalu cinta kepada teks-teks al Qur’an yang beku dan menganggap suci huruf-hurufnya, sehingga umat Islam tidak berani memberikan penafsiran al Qur’an.

Gagasan-gagasan pembaharuan
1. Bahwa Nabi Muhammad sangat memahami keadaan masyarakat pada zamannya dan zaman yang akan datang, masyarakat kontemporer (populer), maka pada saat itu manusia harus membedakan antara pranata yang bersifat temporal dan sementara dengan pranata yang bersifat langgeng dan universal.
2. Bahwa Shahabat mengagumi dan menerima Hukum-hukum yang berasal dari Nabi Muhammad dengan prinsip demi kebaikan masyarakat, maka merupakan kedzaliman terhadap Nabi kalau ajaran tersebut tidak boleh menerima perubahan sampai dunia ini berakhir.
3. Bahwa untuk memurnikan hukum dan pemahaman keislaman, sebagian orang adil menempatkan bahwa prinsip-prinsip Islam bersifat sementara, sehingga harus dise-suaikan dengan tuntutan zaman sekarang.
4. Bahwa Poligami dan perbudakan bertentantang dengan Hukum Islam, karena pada saat ini tidak ada lagi alasan yang dapat dipakai untuk legalisasi system tersebut.

Gagasan pemberdayaan Umat Islam
Bahwa untuk memberdayakan umat Islam dari kejumudan dan ketidakberdayaan, maka perlu dilakukan pemberdayaan atau pembangkitan kembali (Revitalisme) system-system keislaman, yang meliputi :
1. Revival system of Faith, yaitu pembangkitan kembali semangat dan pirnsip kepercayaan yang bebas dari TBC, seimbang antara kehidupan Dunia dan Akhirat dan kembali kepada ajaran murni dar Rasul.
2. Revival system of Thought yaitu pembangkitan kembali semangat pemikira, yang meliputi
· Dibukanya kembali tradisi Ijtihad, sebab Nabi menganjurkan kegiatan berfikir dan Ijtihad dengan mengatakan bahwa Ijtihad yang salah tetap memperoleh pahala ( satu point).
· Dibukanya kebiasaan berfikir bebas atau Rasional al a Qodariyah (Mu’tazilah), karena kemunduran Islam disebabkan adanya dominasi Theologi Asy’ariyah.
3. Revival system of Economic Power yaitu membangun kembali kekuatan ekonomi umat, sehingga umat terbebaskan dari ketergantungan dengan dunia Barat.

Demikian beberap pemikiran dan gagasan pembaharuan Sayyid Amer Ali, yang menurut hemat saya sangat radikal, karena menyangkut pada upaya membangkitkan kembali apa yang kita sebut sebagai Ruh Islam atau Spirit of Islam, sebagai mana yang di sebutkan dalam Buku Spiritualnya (Spirit of Islam).
4. Dr. Muhammad Iqbal (1877-1938 M.)
Muhammad Iqbal adalah salah putra India terbaik pada abad ke 20. Putra islam yang sangat menguasai Filsafat dan kebudayaan Barat. M. Iqbal dilahirkan di Punjab pada tahun 1877 (sebagian mencatat lahir pada tahun 1876) dan meninggal pada 18 Maret 1938 M.
Pada tahun 1905, Muhammad Iqbal memperoleh gelar MA dari Universitas Lahore Pakistan, dan pada tahun yang sama ia melanjutkan study ke Universitas Cambridge Inggris, menyebabka ia mempunyai pengetahuan filsafat dan kebudayaan Barat yang tiada banding-nya. Dan pada tahun 1930, M. Iqbal terjun kedunia politik bersama-sama dengan Muhammad Ali Jinnah melalui organisasi Liga Muslim, yang merupakan embrio dari Negara Pakistan.
Dr. Muhammad Iqbal, secara umum lebih dikenal sebgai penyair dan ahli filsafat, te-rutama Filsafat dan kebudayaan Barat, ketimbang sebagai pemikir dan pembaharu Islam. Namun demikian kemampuan dan keindahan syair-syair telah membius umat Islam, karena kedalaman nilai dan kritiknya terhadap peradaban Barat dan kemunduran umat Islam. Syair-syair Filosofis dan Sufisme dari Muhammad Iqbal lebih banyak dipengaruhi oleh gurunya, Jalaluddin Ar Rumi.
Karya terbesar dari pergulatan pemikiran Dr. Muhammad Iqbal tertuang dalam buku “Recontruction of Relegious Thought” yang terdiri dari enam makalah atau pokok bahasan, yang disajikan pada perkuliahan tahun 1928 di Universitas India. Secara umum gagasan-gagasan pembaharuan Muhammad Iqbal terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :

Gagasan pembaharuan Islam
1. Islam mengalami kemunduran disebabkan oleh sikap jumud
2. Islam mengalami kemunduran disebabkan mereka meninggalkan tradisi berfikir rasional atau anti gagasan Mu’tazilah.
3. Bahwa pembaharuan Islam lebih merupakan dinamisasi seluruh komponen keislam. Dinamisme tersebut adalah adanya gerakan Ijtihad dan terus bergeraknya keseluruh-an system umat Islam.
4. Bahwa indikator adanya pembaharuan umat Islam, adalah :
· Adanya perubahan, pergerakan dan perkembangan dunia Islam, yang dise-babkan oleh adanya kecenderungan dan pandangan Islam terhadap Barat.
· Meninggalkan kenangan masa lalu Islam (romantisme keislaman), dengan mem-bangun kembali format pemikiran dan pengalaman kontemporer dalam rangka penafsiran baru terhadap prinsip-prinsip Islam.
5. Menentang sikap pemikiran, komentar dan pendapat yang mengulang-ulang nilai dan pemikiran kaum salaf secara subyektif atau tidak pada karya aslinya.

Tanggapan terhadap kebudayaan Barat
1. Menentang segala bentuk kebudayaan Barat dan peradaban materi (mengagungkan segala bentuk karya kebendaan atau sesuatu yang tidak disemangati oleh agama).
2. Mengagumi kebudayaan Barat tidaklah menjadi masalah, dalam rangka memperkaya pemikiran dan kebudayaan Islam, akan tetapi ia khawatir kalau-kalau umat Islam ter-tipu oleh kulit luarnya saja (oleh kenyataan vurgal saja).
3. Ia mengagumi semangat pembaharuan Turki, walau ia tahu bahwa pembaharuan Turki adalah Westernisasi sebagaimana yang ia khawatirkan. Yang pasti menurut Dr. Muhammad Iqbal bahwa pembaharuan Turki adalah sebuah proses pencarian format atau gerakan Ijtihad untuk keluar dari kejumudan dan menatap kenyataan (realitas) yang ada.

Demikian beberapa pemikiran dan tokoh pembaharuan yang mempunyai peranan dalam menggerakan umat Islam di India. Di samping tokoh yang tersebut di atas, masih ada satu tokoh politik yang menjadi Founding Father (Bapak Pembangunan) dari negara Pakistan, yaitu Muhammad Ali Jinnah. Bersama-sama dengan Dr. Muhammad Iqbal lewat Liga Muslim berjuang menegakkan negara Islam tersendiri yaitu Pakistan.


BUKU REFERENSI
1. Dr. Falur Rahman : Islam
2. IAIN Sunan Ampel : Buku paker Dirasah Islamiyah
3. Dr. Muhammad Bustami : Pembaharuan dalam Islam antara modernisme dan Tajdid
4. Dr. Muhammad Iqbal : Membangun Kembali alam pemikiran Islam.

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates