Senin, 29 Juni 2009

Ilmu Pendidikan

PENDEKATAN DAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM

Penyusun : I H S A N

BAB I : PENDAHULUAN

Pembelajaran pendidikan Islam, juga proses pembelajaran-pembelajaran lainnya membutuhkan cara atau tehnik untuk menyampaikan materi sehingga materi atau pesan tersebut dapat dipahami, dicerna dan dianalisis dalam tataran pemikiran peserta didik atau penerima pesan; kemudian berkembang menjadi tata nilai yang mengkristal dalam bentuk kepribadian siswa atau peserta didik.
Terlalu banyak pola pendekatan atau cara berkomunikasi yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan dan pakar komunikasi baik dikalangan pendidik Islam maupun non Islam – baik untuk pendidikan umum maupun pendidikan dengan basis keagamaan; yang kesemuanya dimaksudkan untuk mengoptimalisasi pesan yang ingin disampaikan.

Para Nabi dan Rasul Allah – senantiasa menggunakan metode dan cara yang familier dan sesuai dengan tingkat kebudayaan dan pola pemikiran mereka. Mereka lahir dari komunitas mereka sendiri, yang berjuang untuk kepentingan kebenaran dan kemanusiaan secara universal dengan menggunakan atribut sosial budaya mereka sendiri. Setiap Nabi dan Rasul diutus oleh Allah dengan kemampuan pendekatan dan komunikasi yang sangat luar biasa – mereka menggunakan bahasa dan budaya internal untuk memperoleh hasil yang maksimal sebagaimana maksud Al Qur’an Surat Ibrahim ayat 4[1]

!$tBur $uZù=y™ö‘r& `ÏB @Aqß™§‘ žwÎ) Èb$¡Î=Î/ ¾ÏmÏBöqs% šúÎiüt7ãŠÏ9 öNçlm; ( ‘@ÅÒãŠsù ª!$# `tB âä!$t±o„ “ωôgtƒur `tB âä!$t±o„ 4 uqèdur Ⓝ͓yèø9$# ÞO‹Å3ysø9$# ÇÍÈ
Artinya : “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya[779], supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan[780] siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.

Secara khusus Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk melakukan proses komunikasi dengan bahasa yang halus, tegas dan penuh kebijaksanaan, peringatan yang melegakan hati dan bertukar pikiran dengan prinsip saling menghargai dan persamaan – sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat An Nahl ayat 125[2]


Artinya :”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

Pendekatan dan komunikasi yang baik merupakan kunci keberhasilan dakwah secara khusus dan pembelajaran pendidikan Islam – permasalahan yang kemudian berkembang adalah :
1. Bagaimana pengertian, bentuk dan fungsi pendekatan dalam pembelajaran pendidikan Islam, dan ?
2. Bagaimana model komunikasi yang baik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam ?
BAB II
PENDEKATAN DAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN PENDIDKAN ISLAM

A. Beberapa Pengertian dalam Konteks Pendekatan dan Komunikasi
1. Pengertian Pendekatan
Pendekatan atau Approach dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “came near (menghampiri), go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan). Dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu.
Berdasarkan Word Web – kata approach dalam bentuk noun (kata benda), berarti Ideas or actions intended to deal with a problem or situation, misalnya kata "his approach to every problem is to draw up a list of pros and cons" atau ia juga berarti The act of drawing spatially closer to something seperti kalimat "the hunter's approach scattered the geese"
Dalam bentuk verb, approach berarti Come near or verge on, resemble, come nearer in quality, or character seperti arti kalimat "His playing approaches that of Horowitz". Terkadang approach juga berarti make advances to someone, usually with a proposal or suggestion seperti kalimat "I was approached by the President to serve as his adviser in foreign matters"[3]
H.M Habib Thaha mendefiniskan pendekatan adalah cara pemrosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedangkan Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc lebih praktis dalam memahami pengertian ”pendekatan”. Pendekatan adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu. Yang pertama disebut dengan pendekatan pengertian ”tugas” dan yang kedua adalah pendekatan dalam pengertian ”proses”[4]
Penggunaan istilah ”pendekatan” memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada obyek apa yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan dikembangkan. Dalam konstek belajar, approach dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang efesiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran tertentu. Dengan demikian sesungguhnya approach adalah seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Sudah barang tentu approach dalam pengertian tersebut membutuhkan pandangan falsafi (mendasar) terhadap subyek matter yang diajarkan, selanjutnya akan melahirkan metode mengajar yang dijabarkan dalam bentuk tehnik penyajian pembelajaran.


2. Pengertian Komunikasi Pembelajaran
Istilah komunikasi beasal dari bahasa Latin ”Comunication” yang berasal dari akar kata ”Communis”, yang berarti ”sama”[5]. ”Sama” disini maksudnya adalah ”sama makna”. Kata ”Commis” juga diartikan ”milik bersama atau berlaku dimana-mana”[6].
Komunikasi dalam pengetian yang luas dipahami sebagai prose menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang ata dari kelompok ke kelompok yang lain. Komunikasi dalam konteks tersebut adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku hidup mereka[7]. Penyampaian informasi tersebut dapat berupa lambang-lambang atau simbol-simbol yang mengandung arti makna sampai menjadi sama – alat dan materi komunikasi menjadi bagian penting dalam proses terjadinya komunikasi.
Istilah-istilah lain yang pernah dikemukakan oleh para ahli dibidang komunikasi, misalnya :
a. Hafied Cangara – komunikasi adalah suatu transaksi proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku mereka dan berusaha merubah sikap dan tingkah laku mereka[8].
b. Lasswel mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbul-kan efek tertentu[9].

Dari definisi tersebut diatas, maka setidaknya terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi yaitu:
a. Komunikasi harus dipandang sebagai proses artinya ia merupakan aliran informasi melalui serangkaian kegiatan yang harus dilalui dalam berkomunikasi.
b. Komunikasi menyangkut manusia dan bukan manusia artinya diperlukan juga peralatan elektronis yang dapat mengirim atau menerima informasi dari komunikator kepada komunikan, dan
c. Komunikasi menyangkut aspek informasi artinya segala sesuatu yang mempunyai arti atau kegunaan. Informasi dapat terdiri atas berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, kode-kode, gambar-gambar, dan tanda-tanda lainnya yang mengandung arti.

B. Fungsi Pendekatan dan Komunikasi Pembelajaran
Beberapa ahli komunikasi berpemikiran bahwa suatu organisasi atau program aksi dalam sebuah kegiatan management tidak akan pernah mencapai hasil yang maksimal, jika seseorang tidak mampu mengkomunikasikannya kepada semua unsur organisasi dengan baik. Artinya pendekatan dan komunikasi memegang peranan penting dalam mensukseskan setiap program aksi suatu organisasi.
Komunikasi dibangun dengan menggunakan berbagai pendekatan agar terjadi kesamaan visi dan misi, terjadi kesamaan persepsi dan aksi, sehingga dapat memaksimalkan semua potensi yang ada – berjalan secara efesien dan efektif yang pada gilirannya akan menghasilkan output yang maksimal. Sesuatu (program aksi) yang biasa dapat menjadi luar biasa, jika komunikator mampu mengarahkan komunikan dengan baik – sungguhpun sesuatu itu sangat luar biasa, akan menjadi sesuatu yang biasa bahkan tidak berarti sama sekali, jika komunikator tidak mampu mempengaruhi dan mempersepsikannya dengan baik kepada komunikan, sebagaimana Ibarat dalam peribahasa Arab ”Kebenaran (kehebatan sebuah ajaran/konsep) akan dapat dikalahkan oleh kejahatan (ajaran/konsep yang biasa-salah) yang tersusun dengan rapi – yang dapat dijalankan dengan pendekatan dan komunikasi yang baik”
Keberhasilan sebuah program berbanding simetris dengan kehebatan seseorang dalam melakukan komunikasi. Mengingat hal tersebut, lantas berkembang sebuah pertanyaan - Mengapa komunikasi begitu penting peranannya dalam proses keberhasilan suatu program ! Dengan mendasarkan pada teori ”Johari’s Window” Drs. Amin Widjaya Tunggal, Ak. MBA[10], mendeskripsikan mengapa manusia butuh komunikasi, kendatipun ia sudah dikenal sendiri maupun dikenal orang lain, yaitu:
1. Ada yang dikenal sendiri, tetapi tidak dikenal orang lain, sehingga orang lain tersebut perlu diberitahu.
2. Ada yang tidak dikenal sendiri, tetapi dikenal oleh orang lain, sehingga kita perlu mencari tahu melalui komunikasi, dan
3. Ada yang tidak dikenal sendiri maupun orang lain, sehingga perlu sama-sama mencari tahu.
Dalam aspek pembelajaan seorang guru sangat dimungkinkan mengetahui sesuatu, sedangkan siswa berada pada posisi yang tidak mengetahui – maka disinilah memungkikan terjadinya interaksi atau komunikasi. Sesuatu yang mungkin juga seseorang siswa mengetahui sesuatu namun bersifat parsial, sehingga ia membutuhkan penjelasan yang holistik terhadap permasalahan tersebut. Pengetahuan guru terhadap kemampuan siswa sangat tidak mungkin diketahui oleh guru, jika seorang guru tidak melakukan komunikasi dalam bentuk apersepsi atau penjajakan pemikiran.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, maka komunikasi menjadi sangat penting artinya dalam sebuah organisasi. Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc.[11] memberikan rincian yang detail berkaitan dengan fungsi komunikasi dalam sebuah kelompok, gerakan atau organisasi, yaitu:
1. Membantu komunikator agar seseorang bersedia membantu, memahami dan menerima program, demi tercapainya maksud suatu misi.
2. Membantu komunikator untuk mengkoodinasikan unsur-unsur manusia dan fisik dlam sebuah organisasi, sehingga menjadi unit-unit organisasi yang bekerja secara efesien dan efektif.
3. Membantu komunikator mengambil keputusan yang paling bijaksana dan rasional dengan tersedianya semua keterangan yang memungkinkan tentang alternatif-alternatif serta konsekuensi-konsekuensinya.
4. Membantu komunikator menyatukan gerak dan visi mereka, sehingga mereka tidak memutarbalikkan informasi dan kinerja untuk kepentingan pribadi orang-orang.

C. Unsur-Unsur Komunikasi Pembelajaran
Sebagaimana yang dikemukakan diatas, bahwa keberhasilan sebuah program aksi sangat tergantung pada kelancaran berkomunikasi dengan komunikan. Artinya kita harus memahami apa komunikasi tersebut dengan baik, termasuk didalamnya adalah unsur-unsur komunikasi yang selanjutnya sangat menentukan dalam proses komunikasi.
Secara umum orang berpendapat bahwa yang harus dipenuhi dalam proses berkomunikasi hanyalah tiga hal yaitu Komunikator (orang yang menjadi subyek komunikasi), pesan atau simbol yang akan disampaikan dan komunikan (orang yang menjadi obyek penyampaian pesan/simbol, sedangkan media menjadi hal yang sangat relatif, terutama jika dikaitkan dengan penggunaan media elektronik (IT) karena kita sudah terbiasa menggunakan media yang telah disediakan oleh alam, misalnya lisan. Dalam tradisi pembelajaran dilingkungan pondok pesantren salaf, lisan menjadi media komunikasi yang paling lazim dan sering digunakan ketimbang media elekronik untuk menghantarkan pesan pada komunikan. Permasalahan tersebut tidak hanya karena keterbatasan kemampuan operasional media eletronik, juga karena keterbatasan hardwarenya itu sendiri.
Atang Widjaja berpendapat bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari enam unsur yang meliputi :
1. Sumber pesan atau komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide, atau informasi untuk diberitahukan;
2. Maksud (misi) yang hendak dicapai, yang biasa dinyatakan dalam kata-kata perbuatan yang leh komunikasi dharapkan akan tercapai;
3. Berita (pesan) dalam suatu bentuk tertentu untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide yang dimaksudkan untuk membangkitkan respons di pihak orang-orang yang menjadi tujuan komunikasi;
4. Saluran (media) komunikasi yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita;
5. Penerima berita atau komunikan
6. Umpan balik (feedback) dari berita yang disampaikan. Umpan balik me-mungkinkan sumber berita mengetahui apakah berita itu telah diterima dan diinterpretasikan dengan betul atau tidak[12].

Aspek terpenting dalam proses komunikasi adalah komunikator, karena ia yang memiliki agenda dalam sebuah perhelatan komunikasi, sedangkan unsur-unsur lainnya hanya penunjang dari proses tersebut, misalnya kualitas pesan, media penyampai pesan dan obyek penerima pesan (komunikan).
Komunikator adalah orang atau individu yang sedang berbicara, menulis atau memperlihatkan sebuah tanda. Komunikator juga dapat berupa kelompok orang, organisasi komunikasi, televisi, film dan lain sebagainya[13]. Dalam proses pembelajaran gura atau pendidik juga disebut dengan Komunikator.
Komunikator adalah pemimpin dalam pengelolaan informasi, yang sedang disampaikan kepada orang lain. Oleh sebab itu seorang komunikator harus memiliki syarat-syarat yang memungkinkan komunikan menerima pesan dari kamunikator dengan baik. Syarat-syarat komunikator yang baik adalah :
1. Mengenal diri sendiri – artinya ia harus mengetahui kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang akan digunakan, hambatan yang mungkin ditemui dan khalayak yang menerima pesan;
2. Kepercayaan (credebility) – Kepercayaan adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk dapat diakui oleh khalayak atau penerima pesan;
3. Daya tarik (attractiveness) – artinya sesuatu yang membuat audiens bertahan untuk menerima pesan dari komunikator. Jika komunikator tidak memiliki daya tarik, maka komunikan akan mengacuhkannya;
4. Kekuatan (power) – kekuatan adalah kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang komunikator untuk memperngaruhi orang lain. Kekuatan juga dapat dipahami sebagai kekuasaan dimana seorang audien dengan mudah menerima pendapat tentu saja kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Sungguhpun demikian yang dimaksud dengan kekuatan bukan pada fisik, melainkan pada kewibawaan seseorang;
5. Memiliki ketrampilan berkomunikasi atau setidaknya ia adalah motivator atau bahkan seorang orator. Keahlian memberi motivasi menjadi nilai tersendiri bagi seorang trainer ketika ia menyampaikan latihan dan pesan kepada peserta training;
6. Mempunyai pengetahuan yang luas – pengetahuan yang luas akan mampu mempengaruhi dan meyakinkan komunikan terhadap apa yang disampai-kannya[14].

Terpenuhinya persyaratan tersebut akan memberikan kemungkinan keberhasilan dalam proses komunikasi semakin tinggi, namun tidak jarang orang memiliki keterbatasan fisik dan pengetahuan ia berhasil dalam berkomunikasi karena ia memiliki kredeblitias, kemampuan berkomunikasi dengan baik dan memiliki kekuatan atau kewibawaan.
Oleh sebab itu diperlukan evaluasi yang jernih tehadap semua unsur dalam berkomunikasi terutama yang menyangkut hambatan terjadinya komunikasi. Drs. Amin Widjaja Tunggal[15] berpendapat bahwa hambatan komunikasi dapat muncul dari tiga hal, yaitu :
1. Hambatan semantik yaitu hambatan dari penggunaan kata-kata yang tidak jelas;
2. Hambatan fisik yaitu hambatan karena suara, jarak komunikator dengan komunikan, hambatan penghalang, volume, aksen dan lain-lain; dan
3. Hambatan psykologis yaitu hambatan berupa timbulnya emosi dalam diri komunikator dengan komunikan yang dapat mempengaruhi baik kesediaan maupun kemampuan mengkomunikasikan secara jelas.

Jika Amin Widjaja Tunggal melihat hambatan dalam proses komunikasi lebih banyak muncul pada saat proses komunikasi atau bahkan berkembang secara internal dalam proses komunikasi tersebut – Prof. Dr. Oteng Sutisna lebih melihat aspek hubungan antara komunikator dan komunikan dalam perspektif dua individu atau kelompok yang berbeda. Faktor terbesar yang menghambat alur komunikasi adalah :
1. Kurangnya kepedulian komunikator (administrator) terhadap masalah-masalah komunikasi;
2. Penggunaan sistem informasi untuk kepentingan pribadi-pribadi semata-mata;
3. Adanya anggapan bahwa suatu pekerjaan akan selesai dengan sekedar memerintahkannya;
4. Kecondongan untuk menolak kritik atau informasi yang tidak menyenangkan;
5. Kegagalan-kegagalan untuk memahami kekuatan-kekuatan psykologis yang mempengaruhi anggota atau komunikan (siswa); dan
6. Kegagalan komunikator membangun jaringan komunikasi informal yaitu hubungan yang harmonis sebagai individu yang berbeda[16].

D. Pola Pendekatan Dan Komunikasi Pembelajaran Pendidikan Islam
1. Pola pendekatan pembelajaran pendidikan Islam
Pendekatan adalah cara pemrosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain pendekatan adalah apa yang hendak kita kerjakan dan bagaimana kita akan mengerjakan sesuatu. Pertanyaan tersebut akan kita dapatkan jawabannya ketika kita mulai melakukan pendekatan pada sesuatu – sudah barang tentu pengetahuan kita tentang pola pendekatan akan sangat membantu dalam proses pelaksanaan pendekatan.
Pola pendekatan yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran pendidikan Islam adalah :
a. Pendekatan Pengalaman – yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Pengalaman adalah suatu hal yang sangat berharga dalam kehidupan manusia – Syaiful Bachri Djamrah menjelaskan bahwa pengalaman adalah guru tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga[17].
Al Qur’an memberikan contoh yang sangat jelas bagaimana pendekatan pengalaman dipakai dalam memberikan pelajaran dan peringatan kepada semua manusia agar mereka tidak terjerumus dalam situasi dan perbuatan yang sama – bahkan diantara mereka ada yang dibiarkan menjadi bukti sejarah yang tidak dapat dihancurkan oleh zaman, misalnya bagaimana Allah menjadikan jasad Fir’aun sebagai sumber pelajaran dengan pola pendekatan pengalaman, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 92[18]
tPöqu‹ø9$$sù y7ŠÉdfuZçR y7ÏRy‰t7Î/ šcqä3tGÏ9 ô`yJÏ9 y7xÿù=yz Zptƒ#uä 4 ¨bÎ)ur #ZŽ�ÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# ô`tã $uZÏG»tƒ#uä šcqè=Ïÿ»tós9 ÇÒËÈ
Artinya :” Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.

Sedemikian pentingnya pendekatan pengalaman dalam pemmat belajaran pendidikan Islam, sehingga Allah berkali-kali memerintahkan umat Islam atau manusia pada umumnya untuk mencari pengalaman dengan mengkaji riwayat bangsa-bangsa terdahulu dan terus menerus melakukan kajian terhadap bekas tempat tinggal dan kehidupan mereka, juga dengan berbagai peristiwa alam yang terjadi dalam kehidupan kita – sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 39 dan 73[19]
ö@t/ (#qç/¤‹x. $yJÎ/ óOs9 (#qäÜŠÏtä† ¾ÏmÏJù=ÏèÎ/ $£Js9ur öNÍkÌEù'tƒ ¼ã&é#ƒÍrù's? 4 y7Ï9ºx‹x. z>¤‹x. tûïÏ%©!$# `ÏB óOÎgÎ=ö6s% ( ö�ÝàR$$sù y#ø‹x. šc%x. èpt7É)»tã šúüÏJÎ=»©à9$# ÇÌÒÈ
Artinya :”bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu”.

çnqç/¤‹s3sù çm»uZø‹¤fuZsù `tBur ¼çmyè¨B ’Îû Å7ù=àÿø9$# óOßg»uZù=yèy_ur y#Í´¯»n=yz $oYø%{�øîr&ur tûïÏ%©!$# (#qç/¤‹x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ ( ö�ÝàR$$sù y#ø‹x. tb%x. èpt7É)»tã tûïÍ‘x‹YçRùQ$# ÇÐÌÈ
Artinya :”lalu mereka mendustakan Nuh, Maka Kami selamatkan Dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”.

Metode mengajar yang dapat dipakai dalam pendekatan pengalaman, di-antaranya adalah metode eksperimen (percobaan), metode drill (latihan), metode sosiodrama dan bermain peran, dan metode pemberian tugas belajar dan resitasi dan lain sebagainya.
b. Pendekatan Pembiasaan – pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individu maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari[20].
c. Pendekatan Emosional – yaitu usaha untuk mengubah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri manusia – emosi erat kaitannya dengan perasaan manusia.
Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu; baik perasaan jasmaniah, maupun perasaan rokhaniyah. Di dalam perasaan rokhaniyah tercakup perasaan intelektual, perasaan estetis dan perasaan etis, perasaan sosial dan perasaan harga diri. Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka akan menjadi bangunan emosi atau perasaan mereka. Oleh sebab itu diperlukan rawatan emosi yang positif agar kekuatan emosi peserta didik berkembang dalam koridor suka kebenaran dan benci kepada kemungkiran – mereka akan gembira jika mendapatan kebenaran dan akan menjadi sedih jika melihat kemungkaran.
Pendekatan emosional dapat melahirkan ragam pembelajaran dalam bentuk ceramah, sosio drama dan bercerita.
d. Pendekatan Rasional – adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Ajaran agama Islam sebagian harus diyakini tanpa ada interpretasi karena memang ajaran tersebut ”ghairu ma’qul”, tetapi dalam konteks yang lain terdapat ajaran yang harus dicerna dengan pendekatan rasio.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan manusia, penciptaan alam semesta, kekayaan dan keragaman hayati dan aspek-aspek lain dari keindahan tata ruang angkasa – membutuhkan kecermelangan rasio untuk memahaminya. Out put pemahaman dengan pendekatan rasio terhadap keajaiban alam menjadikan manusia bertambah keimanannya – mereka yang mampu menggunakan rasio alam memahami kekuasaan dan kebesaran Allah tersebut dikenal dengan ”Ulul Albab” sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 190-191[21].
žcÎ) ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í‘$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy ’Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrã�ä.õ‹tƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4’n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã�¤6xÿtGtƒur ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur $uZ­/u‘ $tB Mø)n=yz #x‹»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß™ $oYÉ)sù z>#x‹tã Í‘$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya :”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”, ”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.

Penganugerahan akal kepada manusia sebenarnya memiliki makna yang sangat mendasar, karena dengan akal itulah Allah ingin membedakan kualitas manusia dengan makhluq Allah yang lain. Manusia sering disebut sebagai ”Hayawan al Nathiq” atau hayawan yang memiliki akal budi. Akal budi menjadi identitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Jika manusia telah kehilangan kesalehan akal budinya, maka ia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan binatang bahkan lebih hina dari pada binatang itu sendiri sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Firman pada Surat Al A’raf ayat 179[22]
ô‰s)s9ur $tRù&u‘sŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽ�ÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o„ !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd ‘@Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
Artinya :”dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.

Perintah menggunakan akal sebagai alat eksplorasi keilmuan dan keimanan menjadi begitu penting karena akal adalah pintu utama masuknya ilmu pengetahuan dan dengan akal pula manusia mampu memikirkan kebesar-an dan kekuasaan Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Rum ayat 8[23].
öNs9urr& (#rã�©3xÿtGtƒ þ’Îû NÍkŦàÿRr& 3 $¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚö‘F{$#ur $tBur !$yJåks]øŠt/ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur ‘wK¡•B 3 ¨bÎ)ur #ZŽ�ÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# Ç›!$s)Î=Î/ öNÎgÎn/u‘ tbrã�Ïÿ»s3s9 ÇÑÈ
Artinya :”dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya”.

Metode yang digunakan dalam pendekatan rasional yaitu: Tanya jawab, kerja kelompok dan pemberian tugas
e. Pendekatan Fungsional – adalah usaha memberikan materi agama dengan menekankan pada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pendekatan fungsional dilakukan di sekolah karena dinilai dapat menjadikan agama lebih hidup dan dinamis. Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan ini adalah metode latihan, ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan demonstrasi.
f. Pendekatan Keteladanan – adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi, pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencermin-kan akhlaq terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan[24].
Secara natural, seorang anak dibekali kemampuan untuk mengidentifikasi, mengasosiasi dan bahkan meniru apa yang pernah dilihat atau dijumpainya. Oleh sebab itu diperlukan public figur yang baik (berakhlaqul karimah) karena anak tersebut akan menjadikannya sebagai bahan rujukan untuk memerankan dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Keteladanan yang paling baik adalah meneladani perilaku dari Rasulullah artinya bagaimana Rasulullah mendidik, bergaul, memimpin umat Islam dan beribadah kepada Allah sebagai wujud syukurnya atas karunia Allah kepadanya. Tidak ada keteladanan yang lebih baik dari pada keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagaimana firman Allah dal Al Qur’an Surat al Akhzab ayat 21[25]
ô‰s)©9 tb%x. öNä3s9 ’Îû ÉAqß™u‘ «!$# îouqó™é& ×puZ¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ö�tƒ ©!$# tPöqu‹ø9$#ur t�ÅzFy$# t�x.sŒur ©!$# #ZŽ�ÏVx. ÇËÊÈ
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

g. Pendekatan Terpadu – adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan, yaitu pendekatan keimanan (akidah), pengalaman (experient), pembiasaan, rasional (akliah), emosional (gejolak kejiwaan), fungsional (nilai kegunaan) dan keteladanan (uswah).

2. Pola dan Bahasa Komunikasi pembelajaran pendidikan Islam
a. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah bentuk atau model seseorang dalam melakukan komunikasi dengan komunikannya. Menurut Nana Sudjana terdapat tiga pola komunikasi dalam proses interaksi belajar-mengajar, yaitu :
· Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah artinya guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi.
· Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah artinya guru dan murid memiliki peranan yang sama yakni pemberi aksi dan penerima aksi dengan arti kata keduanya dapat saling memberi aksi dan menerima aksi.
· Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah artnya komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi antara guru dan murid, tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan siswa lainnya[26].
b. Bahasa Komunikasi
Salah satu faktor keberhasilan komunikasi adalah kemampuan memilih bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa disamping menjadi faktor keberhasilan suatu program, juga menjadi faktor penghambat dan kegagalan proses komunikasi sebagaimana yang dijelaskan diatas.
Nabi Muhammad walaupun ia seorang utusan dengan kualifikasi terjauhkan dari perbuatan dosa, ia juga seorang manusia yang juga membutuhkan cara-cara kemanusiaan untuk menyampaikan pesan kepada umatnya. Kekuatan bahasa yang indah yang berakar dari keindahan bahasa Al Qur’an dan kelembutan hatinya, membuat Nabi Muhammad mampu mengatasi kesombongan bangsa Arab dan merangkul mereka dalam nikmat keislaman, sebagaimana dijelaskan Allah dalam al Qur’an Surat Ali Imran ayat 159[27].
$yJÎ6sù 7pyJômu‘ z`ÏiB «!$# MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur MYä. $ˆàsù xá‹Î=xî É=ù=s)ø9$# (#q‘ÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã ö�ÏÿøótGó™$#ur öNçlm; öNèdö‘Ír$x©ur ’Îû Í�öDF{$# ( #sŒÎ*sù MøBz•tã ö@©.uqtGsù ’n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# �=Ïtä† tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya :”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Penggunaan bahasa yang baik akan memberikan kesan yang mendalam bagi penerima pesan sebagaimana pepatah Arab :”Jika perkataan itu lahir dari lisan seseorang, maka ia hanya bertahan dalam telinga saja dan jika perkata-an itu lahir dari hati yang dalam, maka akan menghunjam sedemikian dalam di hati mereka – tak terlupakan”. Al Qur’an telah memilihkan kata-kata yang sangat indah sebagai bahasa komunikasi, yaitu :

· Qaulan Ma’rufan
Qaulun Ma’rufan berarti ucapan yang indah lagi pantas dalam tujuan kebaikan, tidak mengandung kemungkaran, kekejian dan tidak berten-tangan dengan ketentuan Allah SWT. Teks Qaulum Ma’ruf terdapat pada Al Qur’an Surat An Nisa’ ayat 8 yang berbunyi [28]
#sŒÎ)ur uŽØym spyJó¡É)ø9$# (#qä9'ré& 4’n1ö�à)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ßûüÅ6»¡yJø9$#ur Nèdqè%ã—ö‘$$sù çm÷YÏiB (#qä9qè%ur óOçlm; Zwöqs% $]ùrã�÷è¨B ÇÑÈ
Artinya :”dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik”.

· Qaulan Kariiman
Qaulan Kariiman berarti ucapan yang mulia, lemah lembut, bermanfaat dan baik dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan dan kemulyaan. Dalam proses pembelajaran, kata-kata yang mulia sebagai salah satu cara menarik dan mencermati peserta didik. Guru harus memberikan penghargaan yang tinggi kepada peserta didik yang mengucapkan kata-kata yang mulia dan menunjukkan sikap yang baik.
Allah memerintahkan orang untuk menggunakan kata-kata yang mulia sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Isra’ ayat 23[29]
* 4ÓÓs%ur y7•/u‘ žwr& (#ÿr߉ç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8y‰YÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèd߉tnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdö�pk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌ�Ÿ2 ÇËÌÈ
Artinya :”dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.

· Qaulan Maisuran
Qaulan Maisuran adalah tutur kata yang ringan, mudah dipahami, bermuatan penghargaan sebagai penawar hati peserta didik. Imam Musthofa Al Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa ”Qaulan Maisuran” berarti sebuah ucapan yang mudah lagi lembut. Dalam proses pembelajaan hendaklah guru memilih kata-kata yang mudah dipahami, jelas dan ringan serta melegakan peserta didik. Teks Al Qur’an berkaitan dengan Qaulan Maisuran terdapat pada Surat Al Isra’ ayat 28[30].
$¨BÎ)ur £`ÊÌ�÷èè? ãNåk÷]tã uä!$tóÏGö/$# 7puH÷qu‘ `ÏiB y7Îi/¢‘ $ydqã_ö�s? @à)sù öNçl°; Zwöqs% #Y‘qÝ¡øŠ¨B ÇËÑÈ
Artinya :”dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”.

· Qaulan Layyinan
Qaulan Layyinan berarti perkataan dengan kalimat yang simpatik, mudah dicerna dan ramah, agar berbekas pada jiwa penerima, berkesan serta memberi manfaat. Dalam bahasa tersebut terdapat unsur persuasif, lemah lembut tanpa emosi, tidak ada caci maki dan penghinaan atau pelecehan. Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Thaha ayat 44 [31] memberikan petunjuk penggunaan kata-kata tersebut
Ÿwqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh‹©9 ¼ã&©#yè©9 ã�©.x‹tFtƒ ÷rr& 4Óy´øƒs† ÇÍÍÈ
Artinya :”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".

· Qaulan Balighan
Qaulan Balighan adalah perkataan yang membekas dalam hati (sampai jatuh dalam hati) dimana hati tersebut sebelumnya tertutup untuk kebenaran, sehingga menimbulkan kesadaran yang mendalam. Pemilihan kata-kata yang dapat menggugah jiwa peserta didik dan menembus kepekatan hati dengan sentuhan perasaan yang tepat adalah ciri-ciri qaulan balighan.
Teks al Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut terdapat pada Surat An Nisa’ : 63[32]
y7Í´¯»s9'ré& šúïÉ‹©9$# ãNn=÷ètƒ ª!$# $tB ’Îû óOÎhÎ/qè=è% óÚÌ�ôãr'sù öNåk÷]tã öNßgôàÏãur @è%ur öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóŠÎ=t/ ÇÏÌÈ
Artinya :”mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

· Qaulan Sadidan
Qaulan Sadidan berarti ucapan yang benar dan segala sesuatu yang hak. Dalam proses pembelajaran, guru diharuskan berkata yang jujur dan benar dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan tata nilai kepada peserta didik. Allah selalu memerintahkan seseorang untuk berkata jujur dan benar. Firman Allah SWT[33]
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qä9qè%ur Zwöqs% #Y‰ƒÏ‰y™ ÇÐÉÈ
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar”.

BAB III
P E N U T U P

A. KESIMPULAN
Pendekatan adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu dengan tujuan untuk melakukan pemrosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan.
Dalam melakukan pendekatan, seseorang harus memperhatikan aspek pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, fungsional dan keteladanan.
Untuk memperoleh hasil yang optmal dalam proses pembelajaran pendidikan Islam, seseorang harus memahami pola dan bahasa komunikasi dengan baik. Pola komunikasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu komunikasi aksi, interaksi dan transaksi.
Keberhasilan sebuah komunikasi juga ditentukan oleh penggunaan bahasa yang baik – bahasa komunikasi yang baik menurut Islam adalah perkataan Ma’ruf, Kariman, Maisuran, Layyinan, Balighan dan Sadidan.

B. SARAN-SARAN
Kejahatan yang tertata rapi, disampaikan dengan konsep komunikasi yang baik akan mengalahkan kebaikan yang tercerai berai, maka jadilah kita semua pengumpul kebenaran dan penyampai kebenaran dengan strategi yang baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN



Amir, Mafri, ”Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam”, (Jakarta, Logos, 1999),
Cangara, Hafied, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta, Raja Grafindo Perseda, 2000) Cet. II,
Departemen Agama RI, ”Al Qur’an dan Terjemahannya”, (Jakarta, 1971),
Djamrah, Syaiful Bachri dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997),
Effendi, Onong Uchajana, ”Kamus Komunikasi”, (Bandung, Maju, 1989)
____________, “Ilmu Komunikasi dan Praktek”, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet XII
Rusli, Meiliarni, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, (Jakarta, The Minangkabau Foundation, 2000),
Ramayulis, “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994),
Sutisna, Prof. Dr. Oteng, M.Sc, “Administrasi Pendidikan Dasar Teoristis untuk Praktek Profesional” (Bandung, Angkasa, 1983)
Tunggal, Drs. Amin Widjaja, Ak. MBA, “Manajemen Sebuah Pengantar” (Jakarta, Rineka Cipta, 1993)
[1] Departemen Agama RI, ”Al Qur’an dan Terjemahannya”, (Jakarta, 1971), 380
[2] Ibid, 421
[3] Software “Word Web” (soft ware untuk mencari arti kalimat dalam bahasa Inggris)
[4] Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc, “Administrasi Pendidikan Dasar Teoristis untuk Praktek Profesional” (Bandung, Angkasa, 1983), 35-36
[5] Onong Uchajana Effendi, ”Kamus Komunikasi”, (Bandung, Maju, 1989), 60
[6] Mafri Amir, ”Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam”, (Jakarta, Logos, 1999),
[7] Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, 229
[8] Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Jakarta, Raja Grafindo Perseda, 2000) Cet. II, 18-19
[9] Onong Uchajana Effendi, “Ilmu Komunikasi dan Praktek”, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet XII, 10
[10] Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak. MBA, “Manajemen Sebuah Pengantar” (Jakarta, Rineka Cipta, 1993) 329
[11] Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc., “Administrasi Pendidikan”, 226-227
[12] Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc. “Administrasi Pendidikan”, 227-228

[13] Meiliarni Rusli, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, (Jakarta, The Minangkabau Foundation, 2000), 33
[14] Ibid, 33
[15] Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak. MBA, “Manajemen Suatu Pengantar”, 327
[16] Prof. Dr. Oteng Sutisna, “Administrasi Pendidikan”, 231-233
[17] Syaiful Bachri Djamrah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997), 70
[18] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahanya”, 320-321
[19] Ibid, 313 dan 318
[20] Syaiful Bachri Djamarah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, 70
[21] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahannya”, 109-110
[22] Ibid, 251
[23] Ibid, 642
[24] Ramayulis, “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994), 181
[25] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahannya”, 670
[26] Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, 18-19.
[27] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahannya”, 103
[28] Ibid, 116
[29] Ibid, 427
[30] Ibid, 428
[31] Ibid, 480
[32] Ibid, 129
[33] Ibid, 680

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates