Jumat, 18 Maret 2011

Metode Penelitian


METODE PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[1]
Menurut Strauss dan Corbin, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).[2] Sedangkan Bogdan  menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.[3]
Terminologi penelitian kualitatif menurut  pada mulanya ber-sumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif yaitu pengamatan yang melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri atau variabel-variabel guna menjelaskan, menguji hubungan antar fenomena dan menentukan hubungan kausalitas antar variabel tersebut. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya, sehingga menghasilkan data yang bersifat numerikal.[4] Berdasarkan pertim-bangan umum tersebut, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.
Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang diper-tentangkan dengan kuantum atau jumlah. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan, karena data yang diperoleh berupa kata-kata dan dianalisis dalam terminologi respon-respon individual, kesimpulan deskriptif atau keduanya.[5] Walaupun ada yang berpendapat bahwa penelitian kualitatif tidak selamanya menafikan prinsip numerikal, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti.
Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Dengan demikian tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan.[6]
Dalam perspektif yang lain, penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial, sehingga metodologi yang dipakai bersifat multi metodologi artinya tidak ada metodologi yang khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan juga narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan kuantitatif statistik jika memang diperlukan. Di sisi yang lain, peneliti menggunakan pendekatan, metode dan teknik-teknik fenemenologi, wawancara, studi budaya, dan pengamatan melibat (participant observation) sebagaimana yang biasa digunakan oleh peneliti kualitatif. [7]
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran di atas, maka tidak ada metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik yang serta merta dapat disingkirkan, karena ternyata teknik dalam penelitian kuantitatif juga digunakan dalam penelitian kualitatif. Sungguhpun demikian tidak dapat dipastikan bahwa kedua metode tersebut dapat digabungkan menjadi satu metode baru mengingat secara filosofis, kedua metode tersebut berangkat dari area dan pemikiran yang berbeda.
Prinsip pragmatisme yang menyatakan dimana kedua metode tersebut dapat disinergikan dalam penelitian dikemukakan Sugiyono. Ia memandang bahwa penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif dapat digabungkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.
2.      digunakan secara bergantian – tahap pertama menggunakan metode kualitatif sehingga ditemukan hipotesis, selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
3.      dalam pengumpulan data, metode kuantitatif dapat menggunakan pola trianggulasi yang biasa digunakan dalam metode kualitatif, misalnya peneliti telah memiliki data kuantitatif melalui kuesioner, selanjutnya untuk mengecek dan memperkuat validitas data, maka dilengkapi dengan wawancara dan observasi. Jika terjadi perbedaan data, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenarannya.
4.      dapat digunakan bersamaan, jika seorang peneliti sudah sangat berpengalaman dalam melakukan penelitian.[8]

Sebagaimana yang sudah disinggung diatas, bahwa penelitian kualitatif berasal dari asumsi-asumsi sosial yang berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian format dan pendekatan awal dari metode ini adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan Fenome-nologi memberikan arahan untuk menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Sungguh bukan suatu kesalahan yang mendasar jika kemudian peneliti menyebutkan bahwa penelitian kualitatif merupakan tafsiran terhadap fenomena sosial yang sering tidak dapat disajikan dalam bentuk angka. Secara khusus Endang Poerwati menyebutkan bahwa Paradigma penelitian kualitatif itu sendiri berkiblat pada aliran "fenomenalogis" yaitu kegiatan penelitian yang berorientasi pada proses dan bukan pada hasil yang pasti.[9]
Menurut Creswell, pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden (dalam penelitian kualitatif lebih dikenal dengan "nara sumber".[10]
Dengan mempertimbangkan banyak hal terutama berkaitan dengan dengan faktor tersembunyi dari subyek penelitian, maka bentuk penelitiannya adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel penelitian,[11] karena hanya merupakan sebuah usaha menyusun gambaran atau potret suatu permasalahan secara detail dan sistematis,[12] dalam hal ini adalah pola pembelajaran Sorogan dan Bandongan dalam pembelajaran tradisional di Pondok Pesantren dengan faktor tradisi "deresan" sebagai faktor tersembunyinya.
Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa dan bagaimana suatu kejadian dan melaporkan hasil sebagaimana adanya. Melalui penelitian ini, diharapkan terangkat gambaran mengenai tradisi Deresan dalam metode pembelajaran Sorogan dan Bandongan di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan terutama peran pentingnya dalam proses peningkatan kemampuan santri dalam membaca, menterjemahkan dan mengartikan kandungan kitab-kitab kuning tanpa tercemar ukuran formal.
Pertimbangan lain adalah bahwa kualitas dan kemampuan santri dalam membaca, menterjemahkan dan memaknai kitab kuning lebih sering dikaitkan dengan metode pembelajaran Sorogan dan Bandongan tanpa melihat proses kreatif yang dilakukan oleh santri sebelum dan sampai pada tahapan dimana santri dapat melaksanakan pengkajian kitab kuning melalui kedua metode tradisional tersebut.

B.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan suatu sumber tempat kita untuk memperoleh keterangan dalam penelitian atau dengan kata lain sebagai seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.[13] Dalam penelitian kualitatif tidak ada pengertian populasi dan sampling. Kalaupun terdapat juga populasi dan sampling dalam penelitian kualitatif, maka pengertian dan tafsirannya juga berbeda dengan metode penelitan kuantitatif. Dalam kualitatif, sampling merupakan pilihan peneliti tentang aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi sosial tertentu, oleh karenanya dilakukan terus menerus sepanjang penelitian. Artinya, tujuan sampling adalah untuk mencakup sebanyak mungkin informasi yang bersifat holistic kontekstual. Sampling tidak harus representatif terhadap populasi (penelitian kuantitatif), melainkan representative terhadap informasi holistic dari situasi sosial.
Populasi adalah totalitas dari semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran (kuantitatif maupun kualitatif) dari suatu karakteristik tertentu mengenai suatu objek yang lengkap dan jelas. Pengertian yang lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah sekelompok subyek baik yang berupa manusia, fenomena, benda, nilai ataupun peristiwa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, dimana ia mendefinisikan populasi sebagai semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel untuk hendak digeneralisasikan.[14]
Populasi dalam penelitian kualitatif ini menganut model Infinitive yaitu populasi yang memiliki jangkaun yang tidak terbatas atau jumlahnya tidak dapat diketahui secara pasti.[15] Hal tersebut berbeda dengan populasi yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif, dimana populasi menganut model finitive dengan jumlah populasi yang terbatas dan sudah diketahui secara pasti. Demikian juga dengan sifat populasi yaitu populasi heterogen yaitu populasi yang memiliki karakateristik yang bervariasi. Penggunaan populasi heterogen mengharuskan peneliti menetapkan kreteria dan batasan secara jelas terhadap variasi yang ada.
Menyadari bahwa kegiatan penelitian adalah kegiatan ilmiyah yang harus memenuhi prosedur dan standar keilmuwan, maka peneliti juga menentukan sampel dari sebuah subyek penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dijadikan sasaran penelitian sesungguhnya atau obyek yang dijadikan sebagai sumber data. Beberapa pengertian yang lain, sampel adalah bagian dari populasi yang diselidiki  atau sebagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu.[16]
Tujuan dari penarikan sampel dari sebuah populasi adalah untuk melaksanakan prinsip efisiensi dan perwujudan dari penalaran induktif dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus, untuk dijadikan kesimpulan yang bersifat umum. Ida Bagus Mantra dan Kasto[17] menjelaskan bahwa seseorang yang mengambil sampel ideal dapat dilihat dari sifat-sifat idealismenya, yaitu:
  1. dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
  2. dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh,
  3. sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan
  4. dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.

Jumlah sampel sangat ditentukan oleh jumlah populasi yang ditetapkan sebagai sasaran penelitian, sehingga seringkali terjadi istilah populasi besar melahirkan sampel yang juga besar. Populasi kecil melahirkan sampel yang kecil atau bahkan tidak perlu sampel mengingat jumlah populasi yang kecil, sehingga populasi yang berjumlah kecil diberlakukan pula sebagai sampel.
Berkaitan dengan sampel, peneliti juga tidak begitu terikat dengan ketentuan kaku dari sebuah penelitian pada umumnya terutama pengertian sampel yang biasa diberlakukan dalam penelitian kuantitatif termasuk didalamnya adalah pemahaman dan penggunaan sampel kecil dan sampel besar.
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Artinya sampel yang dijadikan nara sumber tidak harus besar jumlahnya bahkan pengumpulan data dalam metode kualitatif bersifat purposive (sampel sebagai sumber data dengan pertimbangan tertentu)  dan snowball (sampel sebagai sumber data yang terus berkembang; awalnya sedikit, lama-lama menjadi besar) dengan hasil penelitian yang menekankan pada makna dan bukan generalisasi atau kesimpulan umum.[18]  Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik.
Pada pendekatan kuantitatif, jumlah sampel cukup besar, dikarenakan aturan statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel yang diteliti akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Oleh karena itu, pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sampel yang besar.[19] Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sampel yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini penulis memilih subjek penelitian di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan dengan alasan karena Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan telah menerapkan metode pembelajaran Sorogan dan Bandongan atau Wetonan yang diawali dengan tradisi "deresan". Subjek penelitiannya Pimpinan Pondok Pesantren, kepala Madrasah Diniyah, wakil kepala Madin, stakeholder Pondok Pesantren, Santri dan Alumni Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan.

C.   Jenis dan sumber data
1.    Jenis Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi atau keterangan merupakan data dalam sebuah penelitian. Hanya sebagian saja dari informasi yang berkaitan dengan penelitian yang bisa disebut sebagai data penelitian.
Karena pembicaraan berkisar soal penelitian, maka selalu dipergunakan istilah data untuk menyebut informasi atau keterang-an dari segala situasi sosial atau sumber data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu:
a.    Data primer atau disebut juga sebagai data asli yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber pertamanya.[20] Artinya populasi dan sampel penelitian langsung memberikan data (informasi) tentang keadaan dirinya.[21] Dalam hal ini, data primer diperolah dari Pimpinan Yayasan, Pengasuh, Kepala Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Karangasem, termasuk didalamnya beberapa alumni yang pernah merasakan tradisi Deresan.
b.    Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama[22] atau data yang diperoleh dari pihak-pihak lain ataupun data dari dokumentasi.  Data yang berupa dokumen-dokumen seperti keadaan geografis sekolah, profile Pondok Pesantren Karangsem Paciran, program kerja Pondok dan Madrasah Keagamaan dan lain sebagainya.

Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kualitatif. Karena data yang diperoleh tersebut tidak dapat diukur secara langsung artinya tidak menggunakan angka-angka (numerik) melainkan menggunakan kata-kata atau kalimat.[23]

2.    Sumber data
Sumber data yaitu dari mana data dapat diperoleh. Pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data berupa:[24]
a.    Person (nara sumber), merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam hal ini peneliti mendapatkan data-data atau informasi tentang gambaran umum objek penelitian Pondok Pesantren Karangasem. Sumber person lainnya adalah Pimpinan Pondok Pesantren, Pengasuh, Pembina/murabbi Santri Pondok Pesantren, humas, Kepala Diniyah, bagian administrasi, guru dan wali santri serta Alumni Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan, karena para nara sumber tersebut sangat penulis butuhkan guna kelancaran tesis ini.
b.    Place (tempat/lokasi) merupakan sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan, dengan penggunaan metode observasi di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan seperti letak geografis, Asrama, ruang Pimpinan Pondok, ruang guru dan tata usaha dan lain sebagainya.
c.    Paper (dokumen/arsip) merupakan sumber data yang menyaji-kan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol lainnya yang ada Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan misalnya struktur organisasi, data santri, data guru dan sebagainya.

D.   Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh informasi yang jelas, tepat dan lengkap maka penulis menggunakan beberapa metode, antara lain :
1.    Metode Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara me-lakukan pengamatan secara cermat dan sistematik.[25] Pengumpulan data yang menggunakan teknik observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala, pristiwa ataupun perilaku dari obyek yang diteliti.[26] Dengan demikian data yang diperoleh dari teknik observasi dapat berupa informasi tentang ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.
Dalam proses pengumpulan data melalui observasi, peneliti sangat memperhatikan faktor-faktor topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, peneliti berharap mendapatkan data yang akurat dan benar, dapat menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, dapat menjawab pertanyaan, dapat membantu untuk mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Dalam pelaksanaannya, observer dapat memilih metode observasi sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai ilustari ragam metode observasi, Bungin membagi metode observasi menjadi tiga bagian,[27] yaitu :
a.    Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. Observer diharapkan dapat memperoleh informasi "murni" yang sesungguhnya ada pada obyek yang diamati, walaupun ada resiko hanyut atau hilang dalam kegiatan atau mainstream pemikiran yang diamati.
b.    Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya penga-matannya dalam mengamati suatu objek.
c.    Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Sanapiyah Faisal juga membagi metode observasi menjadi tiga macam, namun ia berbeda dalam satu hal yaitu observasi terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation) menurut Sanafiyah dan observasi kelompok menurut Bungin.[28] Keduanya memiliki kesamaan dalam aspek observasi partisipasi (participant observation) dan observasi tidak berstruktur (unstructured observation).
Selanjutnya dalam observasi berpartisipasi terbagi menjadi 4, yaitu partisipasi pasif (pasive observation), partisipasi moderat (moderat observation), partisipasi aktif (active observation)  dan partisipasi lengkap (complete observation).[29]
 Hal-hal yang menjadi sasaran observasi meliputi 3 hal yaitu Place (dimana terjadi interaksi sosial, misalnya ruang kelas, Lab atau area deresan; Actor (orang-orang yang memainkan peran deresan misalnya santri, pembina pembina, pengawas dan Kyai yang menyelenggarakan kajian kitab kuning) dan actifity (kegiatan yang dilakukan dalam interaksi sosial melalui kegiatan belajar mengajar).[30]
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi menurut Sanapiyah Faisal yaitu observasi berpartisipasi (participant observation), observasi terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation) dan Observasi tidak berstruktur (unstructured observation). Pemilihan metode tersebut berkaitan erat dengan pandangan secara umum baik dari santri, alumni, dan guru pembimbing serta Kyai tentang tradisi deresan dilingkungan Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan yang dalam kegiatan pengkajian kitab kuning dilakukan dengan metode Sorogan dan Bandongan, termasuk perangkat-perangkat lainnya yang berkaitan dengan aktifitas tersebut.

2.    Metode Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) adalah salah satu cara pengumpulan informasi dengan tanya jawab baik melalui alat komunikasi maupun tatap muka dengan responden.[31] Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Irawati Singarimbun mendefinisikan wawancara sebagai proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara sangat ditentukan oleh faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawancara tersebut adalah pewawancara, respon-den, topik penelitian yang tertuang dalam pertanyaan dan situasi wawancara.[32]
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai secara terbuka yang memungkinkan nara sumber (responden) memberikan jawaban secara luas. Kedua belah pihakpun yaitu pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.[33]
Teknik wawancara mendalam (in–depth interview) dilakukan oleh peneliti dengan tiga cara,[34] yaitu :
a.    Wawancara terpimpin (guided interview) atau disebut juga dengan wawancara terstruktur (structured interview) dimana pewawancara telah menyiapkan sejumlah pertanyaan yang sangat rinci tentang berbagai hal yang akan ditanyakan termasuk arah dan kemungkinan jawabannya. Wawancara terpimpin sebenarnya adalah angket yang dilisankan, sehingga pelaksanaannya terlihat formal dan  kaku.
b.    Wawancara bebas (unstructured interview), dimana pewawan-cara lebih bersifat informal dan bebas dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sikap, keyakinan, perasaan atau pandangan responden terhadap materi yang ditanyakan dan responden menjawab secara bebas dan panjang lebar. Peneliti cukup menguasai permasalahan secara konstektual yang pe-ngembangannya sangat tergantung pada situasi dan kondisi.
c.    Wawancara bebas terpimpin (controled interview) yaitu gabung-an kebebasan dalam wawacara dan kekakuan wawancara dalam teknik wawancara terpimpin. Pewawancara telah menyediakan point-point pertanyaan atau informasi, selanjutnya  bagaimana teknik bertanya dan mencatat jawaban responden diserahkan sepenuhnya kepada pewawancara.

Seorang peneliti yang melakukan penelitian kualitatif  dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawan-cara sekurang-kurangnya terlibat interaksi dengan informan, maka pada saat peneliti mewawancarai responden, peneliti sangat mem-perhatikan aspek intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal.
Dalam menggali informasi atau data melalui wawancara, peneliti menfokuskan pada dua kelompok responden yaitu  auto-anamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau respon-den) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Dalam konteks tersebut peneliti melakukan wawancara mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, menghindarkan diri dari pertanyaan multiple, tidak menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, mengulang ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, memberikan kesan positif, dan mengkontrol emosi negatif yang mungkin muncul selama proses wawancara.
Wawancara dalam pengumpulan data ini, peneliti ajukan kepada Pimpinan Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan, kepala Madrasah Diniyah, guru, karyawan, santri Pondok dan masyarakat sekitar (wali murid) serta alumni Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan. Tujuan digunakannya teknik wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai tradisi deresan dalam metode Sorogan dan Bandongan di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan

3.    Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, dan data yang diteliti tersebut dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi, akan tetapi hal ini juga dengan cara mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen hasil rapat agenda dan sebagainya.[35]
Dokumen adalah sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sifat utama data yang peneliti peroleh tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, foto, otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Dalam menggunakan teknik ini peneliti mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lokasi yang diteliti yaitu letak geografis, keadaan guru, santri, hasil belajar santri, struktur organisasi, sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren, sistem pengajaran, sarana prasarana dan respon masyarakat atau stake holder terhadap Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan

E.    Metode  analisis data
Sebelum menganalisa suatu data, maka alangkah baiknya jika mengetahui terlebih dahulu tentang maksud dari analisa data. Analisa data adalah proses mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.[36] Dengan kata lain, analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.[37] Analisa data dilakukan dengan jalan mengurutkan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisa data dalam penelitian kualitatif sepenuhnya berada ditangan peneliti, karena tidak ditemukan prosedur dan teknik analisis yang baku. Miles dan Huberman menyatakan bahwa hal yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah kaena metode analisis belum dirumuskan dengan baik.[38] Demikian juga dengan pendapat Susan Stainback yang menyatakan bahwa belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisa yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori.[39]
Data dalam penelitian ini pada hakekatnya berupa kata-kata, kalimat, paragraf-paragraf atau angka dan dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskritif mengenai peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dan dialami oleh Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan. Berdasarkan wujud dan sifat data tersebut, maka teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif deskriptif. Dalam penerapan teknik analisa data kualitatif deskriprif menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman[40] sebagai berikut:
1.    Reduksi Data
Reduksi adalah suatu proes pemilihan, pemusatan, pemer-hatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama pengumpulan data berlangsung. Data yang didapat di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan langsung diketik atau ditulis dengan rapi, terinci serta sistematis setiap kali selesai mengumpulkan data.
Data-data yang terkumpul akan semakin bertambah, oleh sebab itu laporan tersebut harus dianalisis sejak dimulainya penelitian kemudian laporan-laporan tersebut perlu direduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti, kemudian dicari tentang temannya. Data-data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah penulis untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.
Dalam mereduksi data, peneliti dipandu oleh tujuan yang akan dicapai yaitu menemukan sesuatu. Ketika peneliti menemukan sesuatu yang asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, justru itulah yang menarik bagi peneliti. Reduksi data menurut Sugiyono merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi.[41] Untuk mendukung kualitas data yang akan direduksi atau dianggap penting, peneliti meminta bantuan pada orang lain yang dianggap ahli.

2.    Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sehubungan data yang diperoleh terdiri dari kata-kata, kalimat atau paragraf-paragraf, uraian (teks) naratif yang panjang dan terpencar-pencar bagian demi bagian tersusun kurang rapi, maka dari itu informasi yang bersifat kompleks disusun ke dalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan selektif sehingga akan mudah dipahami.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan data dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya, sedangkan dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie char, pictogram dan sejenisnya.[42]
Analisa data dilakukan secara terus menerus guna panarikan suatu kesimpulan, sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan Lamongan. Analisis data yang terus menerus mempunyai implikasi terhadap pengurangan dan penambahan data yang dibutuhkan, hal ini memungkinkan peneliti untuk kembali lagi ke lapangan untuk mencukupi kekurangan data yang dimaksud.

3.    Pengambilan Keputusan
Tahapan yang paling akhir dalam proses analisa data adalah Conclusion Drawing atau verifikasi atau kesimpulan hasil yang diperolehnya. Dalam analisa data,  peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Jadi dari data yang peneliti  dapatkan di Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan itu kemudian penulis mencoba untuk mengambil kesimpulan, pada mulanya kesimpulan itu kabur tapi lama-kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung serta saling melengkapi satu sama lain.
Analisa data dalam penelitian kualitatif ini bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru. Hal tersebut berbeda dengan analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dan lain-lain.
Kesimpulan yang ditetapkan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukng pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang ditetapkan pada awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.[43]
Secara umum, proses pengambilan keputusan terhadap data yang diperoleh – apakah data tersebut dapat diteruskan menjadi sumber penelitian atau malah direduksi menjadi data yang tidak dibutuhkan dengan melalui beberapa tahapan yaitu :
a.    Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena atau pengalaman yang telah dikumpulkan.
b.    Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
c.    Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstual dan unsur pembentuk atau penyusun dari fenomena yang tidak mengalami penyimpangan).
d.    Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e.    Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textual description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
f.     Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
g.    Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.


F.    Keabsahan Data.
Dalam beberapa kesempatan, ditemukan pandangan yang kurang positif terhadap keabsahan hasil penelitian kualitatif. Hasil penelitian kualitatif diragukan dikarenakan beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti yang merupakan unsur dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang kebanyakan mengandalkan wawancara, observasi yang mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible dimana akan mempengaruhi hasil dan akurasi penelitian. Sumber data dan kualitas data yang diperoleh dinilai kurang akurat apalagi tidak ada pendukung yang bersifat kuantitatif dan dalam proses pengambilan kesimpulan sangat ditentukan oleh interpretasi peneliti.
Berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian kuantitatif. Kesimpulan diperoleh berdasarkan pengujian hipotesa yang ditetapkan dengan data pendukung yang jelas yang berupa angka-angka dan variabel yang terukur, sehingga tarikan kesimpulan yang diperoleh sangat ditentukan oleh data angka yang diperoleh dan tidak mungkin keluar dari rumus kuantitatif yang selama ini disepakati sebagai instrument pengujian.
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya dikaitkan pada uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti artinya data yang dilaporkan tidak berbeda dengan data sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Jika peneliti membuat laporan yang berbeda dengan apa yang terjadi sesungguhnya pada obyek penelitian, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid. Dalam perspektif penelitian sosial, Djamaludin Ancok membatasi pengertian validitas pada sesuatu yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur[44] artinya lebih menitik beratkan pada ketepatan alat ukur dan obyek ukur.
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Kalau dalam penelitian didesain untuk meneliti tradisi deresan dalam konteks metode Sorogan dan Bandongan, maka data yang diperoleh adalah data tradisi tentang tradisi derean. Penelitian menjadi tidak valid jika data yang ditemukan adalah kepemimpinan Kyai dalam pembelajaran metode Sorogan dan Bandongan. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian cukup mewakili, intrument penelitian yang digunakan valid dan reliabel, cara pengumpulan dan analisis data benar, maka penelitian tersebut memiliki derajat validitas eksternal yang tinggi.[45]
Reliablitas dalam penelitian ditentukan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Konsistensi dan stabilitas data dalam penelitian kuantitatif dapat diwujudkan apabila dua atau lebih peneliti menghasilkan data yang sama untuk obyek yang sama atau peneliti yang sama dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama. Reliabilitas dalam penelitian kualittatif ditentukan oleh apakah data yang disampaikan memiliki kesesuaian dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti[46] atau sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.[47] Namun demikian kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal melainkan plural atau jamak tergantung kemampuan peneliti mengkontruksi fenomena yang diamati dan latar belakang peneliti. Oleh karena itu bila 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama, maka akan menghasilkan 10 temuan yang berbeda dan semuanya dinyatakan valid – yang penting apa yang ditemukan tersebut tidak berbeda dengan realitas yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Untuk memperoleh validitas dan reliabilitas dalam penelitian serta untuk menghindari kecurigaan ilmiyah dalam proses penelitian, maka perlu ditetapkan kreteria keabsahan data dalam. Penentuan kreteria keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan pedoman-pedoman sebagai berikut:
1.    Kredibilitas artinya apakah proses dan hasil penelitian dapat di-terima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap hasil penelitian, yaitu:
a.    Memperpanjang Masa Pengamatan
Proses memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para respon-den terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
Susan Stainback menjelaskan bahwa dengan perpanjangan pengamatan, peneliti dengan nara sumber semakin akrab, terbuka dan saling mempercayai, sehinga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadliran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari.[48]
b.    Pengamatan yang terus menerus (meningkatkan ketekunan).
Proses ini dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat mening-katkan kredibilitas data ? Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali data yang telah ditemukan itu salah atau tidak, juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.[49] Agar proses meningkatkan ketekunan memberikan validitas yang lebih baik, maka peneliti membaca beberapa referensi pembanding baik dari buku, hasil-hasil penelitian maupun dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
c.    Triangulasi
Triangulasi merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut William Wiersma, triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.[50]
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber yaitu proses pengujian yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber; tringulasi teknik pengumpulan data yaitu pengecekan data melalui teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh dengan wawancara lalu diuji dengan observasi dan triangulasi  waktu yaitu pengecekan data yang diperoleh ketika informan dalam keadaan segar dapat memberikan data yang valid dan untuk pengecekan data tersebut peneliti dapat mengujinya dengan wawancara atau observasi dalam waktu atau situasi yang lain.[51]
d.    Peer Debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
e.    Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliri kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin dipercaya. Jika data yang ditemukan setelah melalui konfirmasi dan diskusi tidak disepakati oleh pemberi data atau bahkan memiliki perbedaan yang tajam, maka peneliti harus merubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.[52]
Member check dilakukan agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalan penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Member check juga bertujuan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda analisis, dan mengaplikasinya pada data. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan

2.    Transferabilitas
Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal adalah derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sample tersebut diambil. Dengan kata lain transferabilitas kemampuan data atau hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.[53] Untuk itu peneliti membuat laporan serinci mungkin, jelas, sistematis dan dapat dipercaya, sehingga pembaca dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hassil penelitian tersebut di tempat yang lain.

3.    Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependabilty disebut dengan reliability. Suatu penelitian dianggap reliabel apabila orang lain dapat mengulang atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependabilty dilakukan dengan jalan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian baik audit tersebut dilakukan oleh auditor atau pembimbing untuk mengaudit seluruh aktifitas penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melaku-kan analisis data dan melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.
Jika peneliti tidak memliki atau sanggup menunjukkan rekam jejak aktifits penelitian lapangannya, maka dependabilitas pene-litiannya patut diragukan, sebaliknya jika ia mampu dengan baik menunjukkan jejak aktifitas lapangannya, maka dependabilitas penelitiannya sangat baik.[54]
Dengan demikian dependability hasil penelitian mengacu pada konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kesemua proses tersebut harus dijalankan atau dialami oleh peneliti dilapangan, suatu kebohongan ilmiyah jika seorang peneliti memiliki data suatu obyek penelitian sedangkan ia tidak pernah sama sekali akrab dengan lapangan atau obyek penelitian.

4.    Konfirmabilitas
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian dapat dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitain kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependa-bility, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.[55]
Menguji konfirmability berarti menguji apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan atau dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut dianggap memenuhi standar konfirmability.
Uji konfirmability dapat dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian kepada orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil yang didapat dari prose uji tersebut lebih objektif.


[1] Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif,  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 4.
[2] Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Basic of Qualitative Research, Techniques and Procedures for Devoloping Grounded Theory, (London, Sage Publications, International Education and Professional Publisher, 1997), hal. 11-13.
[3] R.C. Bogdan & S.K. Biklen, Qualitative Research for Education, (Boston, Allyn and Bacon, 1992), hal. 21-22
[4] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung, Pt. Pustaka Setia, 2002), hal. 36
[5]  Ibid, hal. 37
[6] Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, cet. Ke VI, 2010), hal. 60
[7] Agus Salim, Teori dan  Paradigma Penelitian Sosial,  (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006), hal.
[8] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung, Penerbit Alfabeta, Cet. Ke IX, 2010), hal. 38-39.
[9] Dra. Endang Poerwati, M.Pd.,  Dimensi-Dimensi Riset Ilmiyah, (Malang, Pusat Penerbitan Unmuh Malang, 1998), hal. 26.
[10] Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. (Sage Publications, Inc: California, 1998), hal. 54
[11] Sanapiah Faisol, Format-format Penelitian Sosial, Jilid 1, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), 18.
[12] Dra. Endang Poerwati, M.Pd.,  Dimensi-Dimensi Riset Ilmiyah, hal. 24
[13]Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 92-93
[14] Dra. Endang Poerwati, M.Pd.,  Dimensi-Dimensi Riset Ilmiyah, hal. 96
[15] Ibid, hal. 96
[16] Ibid, hal. 97
[17] Ida Bagus Mantra dan Kasto, Penentuan Sampel, dalam Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (editor), Metode Penelitian Survai, (Jakarta, LP3ES, Cet.ke III, 1999), hal. 149 – 150
[18] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 15
[19]  Ibid, hal 35
[20] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 84.             
[21] Dra. Endang Poerwati, M.Pd.,  Dimensi-Dimensi Riset Ilmiyah, hal. 119
[22] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, hal. 85.
[23] Drs. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), hal. 66.
[24] Suharsini Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hal. 144.
[25] S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 106.
[26] Dra. Endang Poerwati, M.Pd.,  Dimensi-Dimensi Riset Ilmiyah, hal. 131
[27] Bungin, B, Penelitian Kualitatif, (Jakarta, Prenada Media Group: 2007), hal. 115
[28] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 310
[29] Ibid, hal. 312
[30] Ibid, hal. 314
[31] Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Peneltian Untuk Ekonomi dan Bisnis,(Yogyakarta: UPM AMP YKPN, 1995), 96.
[32] Irawati Singarimbun, Teknik Wawancara,  dalam Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (editor), Metode Penelitian Survai, (Jakarta, LP3ES, Cet.ke III, 1999), hal. 192.
[33] Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hal. 112
[34] Dra. Endang Poerwati, M.Pd.,  Dimensi-Dimensi Riset Ilmiyah, hal. 127-128
[35] Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1999), hal. 70.
[36] Lexy J. Moeloeng, Metodologi, hal. 103.
[37] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 334
[38] Mathew and Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1992), hal. 15-16
[39] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 334
[40] Mathew and Huberman, Analisis Data Kualitatif,  hal. 15-16
[41] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 339
[42] Ibid, hal. 341
[43] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 345
[44] Djamaluddin Ancok, Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dalam Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (editor), Metode Penelitian Survai, (Jakarta, LP3ES, Cet.ke III, 1999), hal. 122
[45] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1996), hal.
[46] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 365
[47] dan Djamaluddin Ancok, Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dalam Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (editor), Metode Penelitian Survai, hal. 123
[48] Susan Stainback dan William Stainback, Understanding and conducting Quality Research, (Dubuque Iowa, Kendall/Hunt Publishing Company, 1988), hal.
[49] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 371
[50] Willliam Wiersma, Research Methods in Education; An Introduction, (Boston, London, Sydney, Toronto, Allyn and Bacon Inc. Ford Edition, 11986), hal.
[51] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 373 – 374.
[52] Ibid, hal. 375
[53] Ibid, hal. 376
[54] Sanapiah Faisol, Penelitian Kualitatif; Dasar dan Aplikasi, (Malang, YA3, 1990) hal.
[55] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,  hal. 377 – 378

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates